45. Kita Sama

5.8K 619 61
                                    

'rumah? rumahku bukan lagi jadi tempat ternyaman bukan lagi sumber kebahagiaan, melainkan rumah dimana semua air mata berasal.'

┼─͙─͙─͙─͙─͓─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙┼

Happy Reading

˖࣪✩۪۟۟҂⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘


Bugh.

Bugh..

Bugh...

Bugh....

Gilang menghantam wajah Dhaniel sampai babak belur, Dhaniel hanya tersenyum tipis dan merintih lirih.

Valec memandangi perkelahian antara kakak nya dan teman nya itu, tangan nya sudah tak terborgol lagi.

"Sialan! Sialan! Sialan! Lo ngelukain Valex anjing." Bentak Gilang.

"Cuih! minimal sadar diri lo juga pernah ngelukain dia, gua cuma ngelindungin Valex dari iblis kaya kalian."

"Ngelindungin? Atau mau ngebunuh dia hah?!"

" Ha-ha-HAHAHAHAHA, KALO GUE GAK BISA NGELINDUNGIN VALEX DARI MANUSIA KEK LO PADA MENDINGAN VALEX MATI."

Deg.

Valec tercengang apa yang dikatakan oleh Dhaniel, ia memegang kepalanya.

"Gue gak seharusnya disini. Gue harus kembali ke dunia Gue, cerita ini udah gak beres ini terlalu melenceng dari cerita aslinya." Valec Bergumam pelan tubuh nya gemetar samar, ia melihat sekeliling nya.

Mata nya berhenti saat melihat Calvin memegang pisau, tatapan nya menjadi kosong.

'maaf maafin gue, valex terluka gara-gara gue gak becus jagain dia.' batin Calvin mata nya bergulir kearah Dhaniel yang sudah babak belur di lantai.

'Mati, dia harus mati!.' lanjut nya.

Kaki Calvin melangkah pelan menuju Dhaniel dan Gilang.

Grep

Arsen memeluk Calvin dari belakang dan merebut pisau dari tangan Calvin sedangkan Elvano berlari menghentikan Gilang yang sedang menggila menghancurkan wajah Dhaniel.

"Lepas!! Lepasin gue brengsek!! dia harus mati ditangan gue." bentak Gilang yang menggila didekapan Elvano.

Dhaniel? iya hanya memandang Gilang dengan wajah penuh kebencian mata nya bergulir kearah Valec yang sedang shock.

Dhaniel menyeringai.

Depp

Lampu di penjuru rumah tiba-tiba mati.

"Argh! Hiks gelap... tolong hiks gelap... El gak suka hiks.." Elvano yang sedang memeluk Gilang mendadak histeris.

Nyctophobia yang dimiliki Elvano mendadak kambuh, masalalu nya berputar di kepala nya, ia pernah di kurung disebuah gudang oleh pengasuh nya dulu selama 3 hari tanpa penerangan, Elvano terduduk sambil memegangi kedua telinga nya dengan mata menutup sekujur badannya gemetar hebat.

Semua orang mendadak membeku mendengar teriakan Elvano, Dhaniel menyeringai, ia berjalan menuju kearah Valec.

"Hmph." tangan besar Dhaniel membekap mulut Valec.

"sstt... diem atau bom dirumah ini menghancurkan kita." bisik Dhaniel mata merahnya berkilat dalam kegelapan.

Valec mengangguk samar, ia merasakan dirinya terangkat, Dhaniel menggendong nya lalu keluar diam-diam dari ruangan itu, saking mulus nya mereka tidak menyadari bahwa Valec sudah menghilang dari ruangan itu karena Elvano yang saat ini keadaan nya sudah tidak karuan.

Gilang memeluk Adiknya.

"Tenang.... Ada kakak disini, gapapa kita rame-rame disini tenang ya nanti menyala lampu nya, kamu gak sendiri." tutur lembut Gilang pada Elvano menenangkan adiknya yang gemetar hebat.

"Abang jangan takut, disini ada banyak orang." ujar Calvin mencoba menenangkan juga.

"Valex hilang-" Arsen melirik kearah tempat Dhaniel.

"Dibawa olehnya..." lanjut Arsen.

"Tunggu apalagi, kita kejar bang." Saat Calvin berjalan kearah pintu tangan nya di cekal oleh Arsen.

"Jangan didepan ada Allegra, aku tak ingin kalian terkena peluru nya, kita tenangkan Elvano dulu."

•°

"JANGAN GILA SIALAN LEPASKAN DIA!" bentak Allegra menodongkan pistol nya.

Dhaniel tertawa remeh, ia mendekat kan kabel berlistrik kearah leher Valec.

'Gila kagak elit kalo gue mati disengat listrik.' batin Valec melirik kabel itu dilehernya.

"Kenapa kalian tau kami berada disini?" tanya Dhaniel dengan nada dingin.

"Kau tak perlu tau, cepat lepaskan Valex, kau ingin dia mati?!"

"Lebih baik seperti itu bukan? dari pada menyerahnya pada kalian, itu membuat ku frustasi..." oceh Dhaniel.

'Gangguan nih anak.' batin Valec nelangsa.

Duakk.

Bruk...

Balok kayu menghantam Allegra dari belakang membuat ia ambruk seketika sebelum kesadaran habis ia melihat Angga berjalan kearah Dhaniel sambil membawa balok kayu yang lumayan besar.

Valec terbelalak, ia memberontak namun cekalan Dhaniel lebih kuat dari yang ia kira apalagi saat ini tubuhnya tak baik-baik saja, harapannya untuk melepaskan diri seakan sirna.

"Merepotkan." ucap Angga saat melihat Allegra jatuh pingsan.

"Hoo.... Apa-apaan ini Anggasta? Kau mengkhianatinya hahaha." cibir Dhaniel.

"Hahaha, cukup bercandanya serahkan Valex padaku dan kau pergilah." tawa dingin Angga terdengar.

Bukk..

Kabel yang berada ditangan terjatuh karna pukulan balok kayu Angga, wajah Dhaniel dan Angga berhadap-hadapan dengan Valec yang di tengah.

Tangan dingin Angga menyentuh pipi Valec yang sedari tadi diam, diam-diam mengumpat.

"Maaf aku memukul kakak mu dan melukai teman mu, aku harus mendapatkan mu apapun yang terjadi bunny." Ujarnya sambil tersenyum yang membuat Valec was-was.

─────────✶──────────
'setidaknya aku sudah berusaha agar posisimu tidak tergantikan oleh siapapun.'

T

BC.

[ Uhuk... mau lebaran aja nih, maaf yang ke...(?) gua sibuk makanya begini bahkan sampe lupa kalo punya cerita, agar silahturahmi tidak terputus THR nya...]

kita lagi buat projek cerita baru, maaf kan kami🙏 berhubung bentar lagi lebaran.

• ayo komen tentang part ini (jangan kebanyakan ngeluh, puasa)

ZØDYK Where stories live. Discover now