18. Darah

24.5K 2.8K 61
                                    

'jangan ngarep terus yaa, ada baiknya kamu nerima kenyataan aja.'

┼─͙─͙─͙─͙─͓─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙┼

   Happy Reading

˖࣪✩۪۟۟҂⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘


Pukul 00:00 WIB, Valec terbangun karna sesak didadanya, tangan kecil itu meremas kuat baju yang melapisi tubuh kecil itu, pandangannya menyelisir keseluruh ruangan, ia dapat melihat Raymond yang sedang tidur disebelahnya dengan tangan memegang Pacifier, sedangkan Kenzie tertidur disebelah Raymond sambil berpelukan.

Mata Valec berpindah kearah sofa yang menampakkan Arsa yang tertidur dengan tangan menutupi mata, Valec celingak-celinguk mencari Naresh sang pemimpin Eagle, mata biru safir itu  tak melihat Naresh dimana pun.

"Uhuk..." cairan kental berwarna merah keluar dari mulutnya dan mengotori baju serta kasur dengan cepat Valec langsung membersihkan darah itu disekitar mulutnya dengan telapak tangannya.

Valec tersenyum melihat darah ditangannya, warna kesukaan Valec, merah darah dimana warna yang selalu Alex dan Stella benci karna membuat putra mereka satu-satunya terluka.

Ingatan Valex sudah meresap didalam pikirannya yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang dimana petunjuk dari alam sadar tadi membawanya pada buku peninggalan kakek Valex yang belum ia temukan sama sekali.

Ingatkan Valec jika ia memiliki jiwa rasa ingin tau yang besar.

Kaki kecil Valec melangkah kearah kamar mandi, lalu membersihkan darah-darah itu dari baju, tangan lalu mulutnya.

"Terbangun hm?" Tanya Naresh dibelakang Valec.

Valec membalikkan tubuhnya menghadap Naresh.

"Gue yakin mata lo nggak buta, bang." Ujar Valec menatap mata Naresh.

Naresh terkekeh, "kita ngobrol disofa aja, nggak baik ngobrol dikamar mandi."

Valec mengganguk, tangan besar Naresh menggandeng tangan Valec lalu menarik nya pelan keluar kamar mandi menuju sofa.

"Dek, abang mau tanya." Ujar Naresh serius.

"Apa?"

"Kenapa adek dikejar sama orang-orang itu?" Tanya Naresh.

" Abang masih nggak tau siapa gue? Kalo abang tau juga, abang bakal nyesel nyelamatin gue dari mereka " Ujar Valec.

"Sebenarnya abang tau siapa adek, Valex Greogory anak bungsu dari Luis Greogory dan Gracia Greogory, tapi sayang gelar bungsu adek direbut oleh perempuan bernama Scarlett Zerlyana yang lebih tua satu tahun dari mu, adek sering disebut pembully oleh warga SMA Lintang Galaxy karna selalu membully seorang siswi bernama Scarlett Zerlyana." Ujar Naresh panjang lebar.

"Sejak kapan lo tau informasi itu?"

"Panggil gue Abang, mencari hall seperti itu adalah hall yang mudah bagi seorang king Eagle dan itu adalah rahasia umum di SMA Lintang Galaxy." Ucap Naresh sombong.

"Apa kau menyesal telah menyelamatkan ku dari mereka?" Tanya Valec menatap dalam mata elang Naresh.

"Hahaha, kalo abang nyesel abang nggak bakal nyelamatin kamu dek." Ujar Naresh disertai gelak tawa.

Ceklek

Pintu kamar terbuka memperlihatkan sosok Arsa tersenyum pada mereka berdua dan jangan lupakan selimut yang membungkus dirinya.

Naresh dan Valec kompak menatap kearah pintu kamar.

"Kok belum tidur? Lo juga king." Ujar Arsa berjalan kearah mereka lalu duduk disofa.

Kenapa Arsa memangil Naresh King? Setiap pemimpin Eagle yang dulu maupun sekarang selalu dipanggil King oleh angggota mereka, inti maupun bukan.

"Gue gak bisa tidur." Jawab Naresh sambil menghisap rokoknya.

"Kebangun." Ucap Valec.

Arsa mengangguk kan kepalanya mengerti, "Lex, adek udah izin orang tua adek belum? kalo adek nginep disini."

"Mereka nggak akan peduli bang, gue cuma anak sialan yang beruntung lahir didunia ini." Ujar Valec tersenyum sendu.

Arsa dan Naresh saling memandang satu sama lain, wajah sendu Valec membuat hati mereka tercubit, mereka tau bahwa mereka bukanlah kakak kandung maupun keluarga Valec tapi hati mereka seakan-akan merasakan sakit yang luar biasa melihat wajah sendu itu dihati mereka dengan tumbuhnya jiwa ingin melindungi sosok remaja yang kuat diluar tetapi rapuh didalam.

"Gak ada anak pembawa sial didunia ini, semua anak berharga, lex. Mereka cuma belum sadar bagaiamana sesempurna nya seorang Valex Greogory." Ujar Arsa pengusap rambut Valec lembut.

Tanpa Valec sadari, air mata Valec turun tanpa seizin nya, kata itu kata yang mengingatkan pada Alex dan Stella didunia sana, sesibuk- sibuknya mereka. Mereka meluangkan banyak waktu untuk Valec sehingga ia tau bagaimana berharganya dirinya untuk mereka (Alex dan Stella).

'Vall kangen yah,bun.' Batin Valec.

"Hiks..." satu Isakkan lolos dari bibir ranum Valec.

Naresh yang mendengar itu langsung membuang puntung rokoknya ketempat sampah lalu mendekat kearah Valec.

Greb

Naresh memeluk Valec, Dapat Naresh rasakan punggung kecil itu bergetar samar.

"Keluarin aja, sakit kalo ditahan." Ujar Naresh lembut.

"Hiks...bang! Boleh nggak gue nyerah aja? Hiks...gue...capek..hiks..bang... mereka udah buat Valex mati hiks...gue pengen mereka juga...hiks mati bang...bang sumpah hiks gue pengen bunuh mereka hiks seumur hidup gue hiks gue nggak pernah dapet perlakuan yang tak mengenakkan hiks....Bang? Boleh nggak...hiks Gue nyerah hiks dan mengakhiri ini...hiks...gue muak...tapi keadaan yang maksa gue buat bertahan..hiks."

"Mereka..hiks yang seharusnya sadar..hiks gue anak mereka...hiks, abang tau nggak? Hiks...seorang ibu hiks bahkan ngomong kalo..hiks dia jijik ngelahirin gue...hiks Bang!! Sakit bang hiks...mereka kaya gitu hiks semenjak anak pungut itu bang..hiks."

"Seorang ayah..hiks yang seharusnya menjadi super hero bagi hiks anak laki-lakinya hiks malah tega ngebenturin kepala gue bang hiks, Valex mati gara-gara dia hiks, dia bukan super hero dia monster hiks, bang jawab? Kasih gue saran bang, gue capek hiks." Valec menangis dan mengeluarkan semua uneg-uneg nya pada Naresh dan Arsa.

'Gue pengen pulang,HAHAHAHA air mata sialan.' Batin Valec sambil tertawa setan dihati.

Valec melihat kalung Naresh yang bandul nya terbentuk seperti pisau namun tidak bisa menyakiti sang pemilik, tangan Valec meraih kalung itu lalu menekannya kuat ketelapak tangannya sampai mengeluarkan darah.

"Hiks...bahkan mereka nggak sadar...kalo anak mereka terluka..." Ujar Valec menatap tangannya dengan pandangan kosong.

Naresh yang merasakan sesuatu yang hangat mengalir dibajunya langsung melepas pelukkan nya, mata Naresh membelalak saat melihat darah keluar dari tangan adik angkatnya.

"Arsa!! Ambilin gue P3K, CEPET!" titah Arsa yang termenung karna mendengar kan curhatan Valec.

─────────✶──────────
'Sakit sih tapikan udah biasa.'

TBC

ZØDYK Where stories live. Discover now