20. hukuman

23.3K 2.6K 161
                                    

'Sudah biasa; berpura pura bahwa semua itu tidak menyakitkan.'

┼─͙─͙─͙─͙─͓─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙┼

   Happy Reading

˖࣪✩۪۟۟҂⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘


"HAHAHAHAHA ANJIRRR KEPALANYA BESAR DONG."

tawa Valec meng-gema dimension bersamaan dengan tatapan tajam yang dilayangkan Luis dan Gracia.

Niat hati ingin turun mengambil minum lalu kembali kekamar, ia malah mendapatkan Luis, Gracia dan Yana yang sudah  pulang dari Rumah sakit dengan Yana digendongannya.

Sedangkan Yana, ia sudah menangis karna  malu dengan kepalanya yang dibaluti oleh beberapa perban menjadikan kepalanya lebih lebar dan besar dari yang biasanya.

"Diam kau! Ini semua salah mu." Ucap Luis membentak.

"Lah! Kok salah gue, gue aja nggak liat dia dibenturin sama si gila, ups keceplosan." Valec menutup mulut nya dengan tangan berpura-pura kaget.

"KAU! KEMBALI KEKAMAR VALEX GREGORY!!" Bentak Luis.

"Iya-ya bawel bat kena serangan jantung, mampus Lo, udah tua juga bau tanah cih." Sinis Valec dengan raut wajah kesal tetapi terlihat imut.

"Diam kau Anak sialan!"

"Kalo gue anak sialan terus bapaknya apa? Bajingan gitu." Ujar Valec menusuk tepat di jantung Luis

"Hiks..hiks sakit...hiks papah hiks udah hiks Yana hiks pengen tidur." Tangis Yana menyadarkan Luis dari acara adu bacot nya dengan anaknya.

"Nggak usah sok tersakiti deh, gue aja dibenturin sampe meja kaca pecah aja nggak nanges lah Elo baru dibenturin dilantai aja nanges kejer! dasar menye-menye menjijikan." Ucap pedas Valec yang membuat tangis Yana semakin kencang.

"Valex Greogory! Ikut saya kekamar."

Tubuh Valec menegang, matanya melirik kearah pintu mension yang memperlihatkan Allegra dengan baju bernoda darah serta wajah yang mengerikan.

"Ha-ha-ha-ha kaya nya ga bisa deh bang he-he-he gue mau main tadi disuruh sama Dhaniel." Ucap Valec mengeruk pipi nya yang tidak gatal.

"Siapa yang menyuruhmu keluar?! Masuk kekamar abang akan menghukum mu."

'Sejak kapan dia jadi abang gue, amit-amit anjir kalo si gila ini jadi abang gue." Batin Valec merinding disko.

"Aduh ga bis-." Sebelum Valec menyelesaikan ucapannya ia merasakan sebuah jarum suntik menancap apik di lehernya.

Sebelum kesadaran Valec direngut oleh cairan obat tidur, ia melirik kearah pelaku yang menyuntikkan jarum itu sedangkan sang pelaku hanya tersenyum manis

'Bajingan.' Batin Valec yang penglihatannya mulai buram lalu tertidur.

"Selamat tidur baby." Ujar sang pelaku A.K.A Elvano Greogory yang entah sejak kapan disitu.

<<SKIP>>

"Ugh...ahhh...engh..sialanhh." Valec menggeliat dalam tidurnya.

Yang Valec rasakan pahanya diraba seseorang, Valec ingin sekali melihat siapa yang meraba pahanya tetapi mata nya ditutup oleh kain hitam yang cukup gelap, tangan nya meremas sprai diatas kepalanya karna posisinya Valec diborgol dengan tangan diatas karna sensasi geli dan sedikit terangsang


"ahh...bangkehh...lepashh...goblokhh." desah Valec disertai air mata yang merembes keluar dari sudut mata yang tertutup.

"...."

'Anjing!anjing!anjing! Gue kayak korban pemerkosaan plus jalang, bangke nih orang malah ga jawab apa yang gue bilang ck! Kan nggak tau dia siapa.' Batin Valec menendang nendangkan kakinya berharap orang itu tertendang dan mengeluarkan suara.

Tangan orang itu mencekram keras pergelangan kaki Valec, "AKH! Sakit! Berhenti ASU."

Orang itu menyeringai, menaiki kasur lalu mendekatkan kepalanya kearah telinga Valec, Valec yang merasakan guncangan dari kasurnya dalam hati berteriak panik.

'KYAAAAA DIA MAU APA BENGKE?!!! ASU.' Batin Valec panik.

"Hey~ hukuman mu belum selesai, kau akan dikurung disini 2 hari tanpa keluar, nikmati hari mu adik manis." Ucap Albert sisi lain Allegra.

Setelah mengucapkan itu Albert keluar dari kamar Valec.

Sedangkan didepan kamar Valec, Calvin mondar-mandir seperti orang yang menunggu istrinya melahirkan, sedangkan Gilang, Arsen, Elvano diam dengan raut wajah datar.

"Tenang Alvin." Kata Elvano melirik tajam Calvin.

"Diamlah! Kau tak tau bagaimana rasanya khawatir nya seorang kakak kepada adiknya." Ucap Calvin menyeringai karna melihat wajah Elvano sedikit memerah menahan amarah.

"kau-"

"Jika ingin bertarung lebih baik kalian keluar, menganggu saja." Perkataan Elvano dipotong oleh Gilang dengan suara dingin khasnya.

Clekk

Albert membuka pintu kamar Valec lalu menguncinya, mata tajam nya menatap kearah Arsen yang sedang menatapnya balik dengan tatapan tajam.

"Apa yang kau lakukan padanya?!" Tanya Arsen.

"Saya tidak melakukan apa-apa hanya-" Albert menyeringai yang membuat Arsen tambah curiga.

"Hanya?"

"Mendengar suara desahan nya saja." Ujar Albert enteng.

"Kau!! Melecehkan nya!" Murka Arsen.

"Tidak hanya meraba pahanya saja~"

"Dia adik mu bodoh! Seharusnya kau memberikan hukuman yang wajar bukan malah ARGGGHH!!" Arsen memukul tembok kamar Valec keras mengakibatkan tembok itu retak.

"Sudahlah~ oh iya jangan ada yang masuk kekamar ini selama dua hari, itu hukuman yang wajar bukan." Ujar Albert.

"Makan minum akan disiapkan oleh pembantu nanti." Lanjut nya lalu menganti sisi Albert menjadi Allegra.

─────────✶──────────
'hidup itu seperti piano, tuts hitam adalah kesedihan, dan yang putih adalah kebahagiaan. dan kita membutuhkan keduanya untuk membuat musik yang indah yang dinamakan kehidupan.'

TBC.

[KRITIKAN DAN SARAN SEDANG DIBUTUHKAN KARENA AUTHOR NYA SEDANG MALES MIKIR]

ZØDYK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang