15

220 14 0
                                    

Wajah Ai tidak seperti yang tadi dia tunjukan, senyuman lebarnya seketika pudar ketika dia sudah melihat sang dokter secara langsung. Diandra mengerjainya.

Wajah semua orang kini menahan tawa, cara Diandra membawa Ai untuk periksa rupanya berhasil.

"Ganteng kan?" Tanya Diandra menahan senyumnya.

Ai meliriknya kesal karena Diandra mengejeknya, "ibu" panggilnya pelan.

Diandra menunggu ucapan Ai selanjutnya, bukan hanya dia melainkan semua orang.

Ai menghela nafasnya lelah, "aku ga percaya lagi kalo kalian ngucapin kata ganteng." Ujarnya dingin.

Tawa Reno tidak bisa ditahan lagi, dia tertawa sangat kencang dan itu memancing tawa lainnya kecuali Deo. Saat ini Deo tidak dalam suasana hati yang baik sedangkan sang dokter sedang memeriksa hasil pemeriksaan Ai.

El dan Rizal tersenyum mengusap kepala Ai dengan pelan, "lain kali bunda akan menggunakan cara ini agar kamu mau periksa sayang" ujar El enteng dan itu semakin membuatnya kesal.

Ayolah! Dokter yang tadi memeriksa dirinya sudah tua dan berkumis ditambah lagi tubuhnya yang gempal, bukannya Ai mengejeknya hanya saja ibunya sungguh keterlaluan karena sudah menjelaskan makna 'ganteng'  yang salah.

Pintu terbuka dan Ai langsung menunduk tidak mau menatap sang dokter, tidak ada suara tawa lagi dan Ai mengabaikan hal itu.

"Netta Aisyah?"

Ai mengangguk pelan mengiyakan ucapannya, "iya, saya Netta Aisyah yang udah dikerjain ibu saya" gumamnya.

"Apa yang ibu kamu lakukan?"

Ai menghela nafasnya pelan, "dia bilang aku akan diperiksa dokter ganteng tapi anda--" Ai menggelengkan kepalanya tidak mau meneruskan ucapannya.

Dokter itu tertawa pelan setelah mendengarnya, "ah tadi senior saya yang bertugas"

"Oh seni--" Ai langsung mengangkat wajahnya dan menatap dokter muda ini dengan mata melebar.

Dokter tersenyum manis, "apa dokter ganteng itu saya?"

Diandra tersenyum lalu mengangguk mewakili Ai yang kini masih melongo tidak percaya.

"Dia kecewa karena bukan kamu yang meriksa dia" ujar Diandra terdengar akrab dengannya.

"Jam tugas saya sekarang tante"

Diandra mengangguk lalu menatap Ai yang masih diam mengagumi ketampanan dokter muda di depannya, "gimana? Ganteng kan?"

Ai menahan senyumnya dan bersikap malu-malu, "ibu" panggilnya lagi.

"Hm?"

"Aku mau diperiksa kalo dia yang jadi dokternya hihi" celetuknya memancing tawa dokter.

Deo mendengus kesal, "gimana hasilnya dok? Jangan bertele-tele." Ucap Deo menghentikan semua sikap Ai yang tidak biasanya.

Ai langsung duduk tegak lagi dan berwajah datar, setelah mendengar suara Deo dia kembali sadar jika dirinya tidak bisa menggoda dokter muda ini.

Dokter itu menatap Deo lalu menatap Ai lagi, senyumannya terlihat, "kondisinya tidak terlalu parah karena ini masih tingkat satu"

Mendengar hal itu semua orang menghela nafasnya lega termasuk Diandra yang sudah tau mengenai ini.

"Udah aku bilang kan" ucap Ai.

El mengusap kepalanya, "tapi" lanjut dokter membuat Ai menatapnya begitu juga yang lainnya.

"Tapi apa dok?" Tanya Diandra mulai khawatir.

"Jangan menyepelekan penyakit ini karena kita tidak tau ini akan membesar atau tidak" ucap dokter lalu matanya menatap Ai memberikan senyumannya lagi.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang