10

163 13 0
                                    

Seperti dikatakan Bayu minggu lalu di bandara semuanya berubah, berubah seperti disaat Ai pergi tiba-tiba ke rumah neneknya yang berbeda kota tanpa mengabari Deo.

Deo sangat tidak tersentuh, aura dinginnya semakin tak terkalahkan. Gio dan Geo hanya bisa menyaksikan meskipun ucapannya lebih tidak ditanggapi.

"Baru seminggu aja dia udah kayak kutub utara njir" gumam Aris melirik Deo yang sedang mengerjakan skripsi dengan jarak yang begitu jauh dari jangkauan mereka.

"Ai nelpon aja tuh muka ga berubah sama sekali, Gi ajak ngobrol dong!" Sungut Aris khawatir dengan ketuanya itu, biasanya Gio yang bisa mengobrol dengannya meskipun hanya basa-basi tapi itu berhasil.

Gio menghela nafas, "gue aja dikacangin"

Mendengar jawaban Gio membuat mereka secara bersamaan menghela nafasnya lelah. Deo memang menjalankan semuanya dengan baik bahkan lebih baik dari sebelumnya. Deo kini lebih rajin agar dia menyelesaikannya dan bertemu dengan gadisnya meskipun hanya sebentar.

Suara motor dari luar membuat semua mata teralihkan termasuk Deo walaupun hanya sesaat.

"Ada yang laper?" Tanya Bayu masuk dengan membawa kantung kresek putih besar diikuti anggota lainnya.

Gio dan Geo tersenyum tipis, "thanks bro"

Bayu mengangguk, kepalanya menengok ke sana kemari mencari sang peran utama, "si kutub mana?" Itulah ejekan Bayu, si kutub, untung bukan kutu.

Geo menunjuk keberadaan Deo dan langsung diangguki Bayu, "Ai selalu ngeluh di sana" ujar Bayu membuat semua orang menatapnya.

Bayu melirik keberadaan Deo, "dia salah ngambil jurusan katanya dan teman-temannya menyebalkan. Dia kena bully juga sama seniornya"

Mendengar kata bully membuat Deo seketika berbalik badan, "apa?!" Seru mereka.

"Ya biasa sih maba jadi digituin"

Brak

Semua mata kembali teralihkan menatap kepergian Deo dengan amarahnya, "Yo yo!" Panggil Gio mengejarkan.

"Yo tenang!"

Deru nafas Deo tidak teratur, matanya menatap tajam Gio tajam disertai tangan yang mengepal kuat.

"Mau kemana?"

Deo tidak menjawab, "Yo, Ai ga akan diem aja kalau kena bully secara kan dia bukan penakut. Tenang, Bayu belum nyelesaiin ceritanya. Lo belum makan, kalau mau pergi makan dulu nanti magh lo kambuh gue yang kena semprot adek gue nanti"

Gio menariknya kembali masuk, "dia gapapa Yo"

Deo memejamkan matanya menarik nafas dalam untuk menurunkan amarahnya yang sudah diubun-ubun. Ai tidak akan menceritakan tentang hal yang seperti bully atau mengenai dirinya yang terluka, gadis itu masih ada batasan untuk cerita.

Keduanya kembali masuk dan duduk mendengarkan cerita Bayu yang masih berlangsung.

Melihat kedatangan Deo kekehan Bayu terdengar, "tenang bro Ai ga akan diem aja kalau udah kelewatan bahkan sekarang dia dapet julukan 'macan' sama seangkatannya."

Deringan ponsel Deo membuat cerita Bayu terhenti sementara, Ai menelepon, Deo langsung memisahkan dirinya lagi.

"Yaah! Di sini aja dong gue juga mau ngobrol sama dia!" Seru Aris dan dapat lirikan tajam darinya.

Semuanya tertawa melihat Aris ngumpet dibalik Reno yang sudah mengunyah makanannya.

"Makan aja ga usah banyak ulah lo" ujarnya mendekatkan milik Aris dan kembali makan.

AIWhere stories live. Discover now