13

143 13 2
                                    

Langkah kakinya cepat berlari menyusuri jalan raya yang terlihat padat ini, dia sudah telat menghadiri acara wisuda Deo. Di belakangnya ada Reno yang sama-sama berlari, taksi yang ditumpanginya terjebak macet dan tidak bisa bergerak sama sekali jadi terpaksa keduanya berlari untuk sampai di gedung utama.

"Gila jauh banget sih!" Keluh Ai tanpa menghentikan larinya.

Reno menggenggam tangan Ai ketika laju lari gadis itu melemah, "cepet! Telat nanti"

"Aahh!! Masih jauh Ren!"

"Jangan lemah Ai, Deo nunggu lo"

"Oke oke!" Seru Ai meskipun dia sangat lelah untuk berlari namun tenaganya masih ada sedikit.

Keduanya sibuk berlari memasuki universitas besar ini dan masih butuh waktu untuk sampai di gedung utama.

Sedangkan di dalam gedung mata Deo selalu melirik ke arah pintu utama menantikan kehadiran gadisnya, sebentar lagi namanya akan dipanggil dan dia tidak mau gadisnya melewatkan hal itu.

Geo melirik Deo dan senyumannya terlihat, "dia pasti datang Yo"

Deo tidak menjawab, kakinya selalu bergerak tidak tenang. Entah kenapa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya dan itu membuat Deo khawatir jika Ai kenapa-kenapa.

Gio ikut menengok, nama si kembar sudah dipanggil lebih dulu jadi hanya Deo yang belum maju untuk menerima penghargaan jika dia sudah lulus dari universitas terbaik ini.

"Ga terjadi apa-apa sama dia Yo, tenang aja" ucap Gio ikut menenangkan.

"Tapi dia belum dateng" jawab Deo khawatir.

Gio menengok ke belakang menatap ayahnya yang menganggukan kepalanya seolah mengerti dengan apa yang Gio tanyakan, "ada di luar" ucap Rizal tanpa suara.

Gio mengangguk, "Ai udah ada di luar, lo harus fokus Yo. Lo bakalan pidato nanti"

"Gue ga bisa pidato kalau dia belum dateng"

"Jangan gitu Yo, jangan ngecewain kita" sahut Geo.

Deo menggeleng pelan, "Deo Putra Mario dengan nilai IPK 3.90"

Suara sorakan terdengar dari arah belakang dan itu berasal dari teman-temannya.

Deo menengok mendengar namanya dipanggil, kepalanya menengok ke arah pintu lagi dan dia tidak berdiri membuat semua orang bingung.

"Yo!"

"Deo Putra Mario silahkan naik ke atas panggung untuk menerima transkip nilai serta menyampaikan pidato"

"Yo!" Tegur Gio mendorongnya berdiri.

Deo menghela nafasnya lalu berdiri dan suara sorakan kembali terdengar, "woy sobat gue sarjana!!" Teriak Aris mengundang tawa dari semua orang.

Deo melangkah menaiki panggung pelan, dia mengabaikan semua suara ribut dari teman-temannya.

"Selamat Deo" ucap dosen memberikan selamat untuknya, Deo memberikan rasa terimakasihnya lalu dia berjalan ke arah podium untuk memberikan ucapan terakhirnya untuk mereka semua.

Semua orang terpusat kearahnya, semua teman-temannya berdiri dengan bangga bersiap untuk mendengar ucapan yang akan Deo sampaikan.

Deo hanya diam untuk beberapa saat, matanya menyusuri semua sudut gedung besar ini dan dia masih belum melihat gadisnya.

Deo menarik nafasnya merasa kecewa, kepalanya menunduk matanya memejam sesaat.

"Cepet woy gue mau dengerin!" Teriak Ai berdiri di kursi dengan penampilan yang berantakan.

AIWhere stories live. Discover now