29

42 4 0
                                    

Ai membuka matanya pelan, terdiam. Ai terdiam melihat wajah damai Deo di depannya.

Ai tidak bergerak ataupun mengusirnya, dia terus memperhatikan wajah pria ini.

Ai sangat menyayangi pria di depannya ini, tapi mengingat kejadian kemarin apakah perasaan Deo berubah kepadanya?

Ai mengalihkan pandangannya dan merubah posisinya memunggungi Deo. Matanya tidak tertutup lagi, dia masih memikirkan hubungan dengan Deo yang terlihat tidak ada kesempatan untuk diperbaiki.

Deo terbangun merasakan pergerakan Ai, lengan kekarnya menarik Ai agar kembali berhadapan dengannya.

Keduanya tidak mengatakan apapun, mata itu menatap dalam. Entah apa yang dipikirkan Deo tapi dipikiran Ai saat ini Deo sudah milik orang lain.

Ai mendorong Deo menjauh, "pergilah." Ujarnya singkat beranjak duduk.

"Kenapa?" Tanya Deo sedih, dia pikir Ai akan memarahinya dan mengumpatnya tapi ternyata tidak. Ai terlihat tenang.

"Ai." Panggil Deo pelan, menggenggam tangan Ai.

Ai tidak menerima itu, "kamu udah punya tunangan. Ga baik berduaan sama aku di sini." Ucap Ai datar.

"Aisyah," gumamnya lagi tanpa nyawa.

"Pergi." Usir Ai pelan, tidak menatap wajah Deo.

"Aisyah dengarkan penjelasanku ya?"

Ai menatapnya tajam, "aku ga butuh penjelasan darimu. Keluar!"

"Baiklah.." Deo mengalah, meninggalkan Ai dengan terpaksa.

Ai mengusap wajahnya setelah melihat pintu tertutup, dia tidak bisa seperti ini. Dia masih harus melanjutkan hidupnya meskipun Deo sudah bersama wanita lain.

Ai tidak akan mempersalahkan ini lagi, dia sudah cukup dewasa untuk menerima masalah ini.

***

Semua mata menatap Ai yang makan dengan tenang, seolah kejadian kemarin bukan apapun.

"Aisyah," panggil ayah.

Ai menengok, "kucing kamu udah di kasih makan?"

Ai mengangguk sembari mengunyah, "kalau dia kurus nanti dijemput Felix, aku ga mau." Balas Ai dengan nada biasa, tidak ada amarah yang tersimpan.

"Aisyah," gumam Deo kembali mencoba menggenggam tangan Ai, dan seperti sebelumnya. Ai melepaskannya cepat.

Deo menatap Ai sedih, "Ai," panggilnya lagi.

"Hm?" Sahut Ai santai.

"Makan Yo," lanjut Ai.

"Yo?"

"Itu nama Lo kan." Sahut Ai lagi.

"Bukan!"

Ai menatapnya lagi, "aneh," gumamnya dan kembali melanjutkan makan nya.

Ai melirik ke Deo yang terus menatapnya, bibirnya menyunggingkan senyumannya. Sungguh, di wajahnya tidak ada amarah apapun membuat Deo semakin gusar dan tidak bisa berkata-kata.

"Makan yang banyak." Ujar Ai lagi mendekatkan piring Deo yang belum di sentuh sedikitpun.

"Aisyah, ayah mau jelasin semuanya." Sela Mario tidak ingin putranya semakin takut dan tidak ingin Ai semakin salah paham dengan semuanya.

Ai menunjukan senyumannya lagi, "jelasin apa?" Tanya nya.

"Deo tidak pernah terikat dengan wanita manapun Aisyah."

Ai terdiam, acara makannya jadi terganggu. Ai mendorong piring yang masih ada makanan itu menjauh.

"Aku bisa ngelepas dia untuk orang lain." Ujar Ai tanpa emosi.

AINơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ