18

119 12 10
                                    

Air dingin membasahi rambutnya, Deo sedang menenangkan diri dengan berdiam diri di bawah air mengalir guna menjernihkan akal sehatnya.

Dia hampir saja melakukan hal gila jika teman-temannya tidak memaksanya untuk pulang dan tenangin diri. Ya, Deo hampir saja menyerang Geo karena pria itu selalu menuduhnya yang tidak-tidak dan Geo menyuruhnya untuk menjaga jarak dari Ai dan tentunya Deo tidak terima dengan ucapan Geo.

Deo terpaksa meninggalkan Ai di rumah sakit dan berusaha menenangkan dirinya sendiri, ibu dan ayahnya sudah ada di sana.

"De,"

Deo termenung mendengar suara gadisnya yang memanggilnya.

"De,"

Untuk kedua kalinya, Deo terdiam begitu saja. Kenapa dia mendengar suaranya? Ai ada di sana bukan di sini dan tentu saja tidak mungkin karena dia sekarang ada di kamar mandi.

"Deo!"

Deg

Deo terduduk lemas mendengar seruan itu dan tiba-tiba kesedihan menghampiri dirinya. Dadanya terasa sesak dan air matanya tidak bisa dia tampung lagi, tangannya meremas dada kirinya yang merasakan retakan jantungnya yang menggila.

"Ai" gumamnya lirih penuh kesedihan, entah mengapa dia merasakan kesedihan ini secara tiba-tiba.

"De,"

"Deo!"

Tangis Deo semakin menjadi dan dia menggumamkan nama Ai terus menerus.

Tok tok tok

"Yo! Buka pintunya!" Seru Gio di balik pintu kamar mandinya.

Gio merasakan apa yang Deo rasakan dan dia khawatir karena saat dia membuka pintu kamar Deo, Gio mendengarkan raungan menyedihkan dari dalam kamar mandi.

Deo mengabaikannya, dia semakin brutal memukul dadanya dan menangis di bawah guyuran air.

"Yo! Buka pintunya!" Seru Gio lagi mulai menggedor setelah mendengar pukulan di dalam sana.

"Yo jangan gila! Buka pintunya!"

Gio yang semakin khawatir akhirnya menendang pintu itu dan masuk melihat kondisi sobatnya.

Gio terpaku melihat kondisi Deo yang duduk di bawah shower dengan pakaian yang masih utuh di badannya.

"De," gumamnya.

Deo menengok menatapnya dengan air mata yang masih turun jelas, "kenapa Gi? Kenapa dia kayak gini setelah gue ketemu sama ibu gue?! Kenapa?!"

"Gue masih butuh dia, sangat butuh dia Gi." Gumamnya lagi.

"Gue ga akan mau ditinggal pergi sama dia! Gue ga mau!" Teriak Deo menjambak rambutnya brutal.

Gio segera mematikan air shower dan menarik Deo berdiri, "Jangan gini, lo jangan gini De! Gue khawatir sama lo, jangan gini." Pinta Gio mengguncang tubuh Deo pelan.

"Aisyah pasti selamat, dia gadis yang kuat gue percaya itu. Jangan putus asa selagi dia sedang berjuang melawan maut. Jangan gini, lo buat gue ikut sedih De," gumam Gio.

Gio memang sangat khawatir dengan Ai tapi Deo juga butuh perhatian juga, karena jika Ai sakit Deo tidak ada yang mengawasi.

"Tenangin diri lo, Ai butuh support lo saat ini dan dia nunggu lo di sana,"

Gio menatap Deo yang menarik nafasnya dalam, "Jangan gegabah kalo mau melakukan sesuatu, ayo."

***

AIWhere stories live. Discover now