19

111 11 4
                                    

Ai masih tertidur lelap, setelah selesai mengobrol dengan Deo dia kembali tidur karena efek obat yang diberikan dokter tadi.

Deo sudah menghubungi semua orang jika Ai sudah bangun dan kembali tidur, Deo lagi-lagi terus memandang ke wajah Ai yang masih terdapat selang oksigen.

Pintu terbuka tidak membuat Deo mengalihkan pandangannya, "ngapain lo masih di sini?" Tanya Geo tajam tidak suka kehadiran Deo didekat adiknya.

Deo meliriknya saja dan tidak menanggapi, "jawab gue!"

"Ini rumah sakit, jaga nada bicara lo atau Ai akan bangun." Gumam Deo pelan.

Amarah Geo yang masih belum stabil membuatnya terlihat menyeramkan, Geo merenggut kerah Deo hingga Deo berdiri.

Deo menatap tepat ke arah mata Geo yang terkobar amarah, "Gue udah bilang ke lo, jangan deketin adik gue lagi." Kecam Geo tajam.

Deo hanya diam mendengarnya, "lo ga bisa jauhin gue dari dia" balas Deo kalem.

Geo semakin mencengkeram kerah nya, "jauhin dia karena lo adalah pembawa sial."

Deo terdiam begitu saja mendengar ucapan Geo, "Ya, lo adalah pembawa sial." Ucap Geo lagi.

"Itu yang buat ibu lo pergi dari hidup lo!"

"Bang!" Seru Ai terbangun dan mendengar ucapan tajam Geo.

Deo langsung melepaskan cengkeraman Geo ketika mendengar seruan Ai, "terserah apa yang mau lo katakan, gue ga akan jauhin dia." Balas Deo tajam.

Geo terkekeh sinis, "oh ya? Gue pastiin lo bakalan jauhin dia."

Deo membalasnya dengan senyuman miring, "coba aja kalo bisa" tantang Deo.

"Lo!"

"Ge!" Seru Gio yang baru saja membuka pintu melihat Geo dan Deo hampir adu tonjok.

"Lo apa-apaan sih?! Ini di rumah sakit! Lo ga kasian sama Ai ha?! Tolong deh Ge, lo ga usah nyuruh Deo buat jauhin Ai lagi. Ga guna tau!" Omel Gio mendorong pelan Geo agar ada sedikit jarak diantara keduanya.

"Ai butuh Deo, lo tau itu"

"Ga! Dia ga butuh siapapun, dia hanya butuh keluarganya dan Deo bukanlah bagian dari keluarga kita." Balas Geo semakin tajam.

"Apa bang?" Sela Ai membuka suara dan dia mendapatkan perhatian dari ketiganya.

"Deo bukan keluarga kita? Terus abang anggap dia siapa selama ini?"

Ai menghela nafasnya pelan, "aku butuh Deo bang, aku ga akan bisa jauh dari dia bahkan aku pun ga akan bisa jauh dari kalian. Abang mau aku jauh dari Deo?"

Geo tidak menjawab, "kalo abang mau aku jauh dari Deo maka aku akan mati."

"Ai!" Seru ketiganya bersamaan.

"Percuma kalo aku masih hidup dan abang mau aku jauh dari Deo, itu ga akan berhasil. Aku harus mati dulu biar bisa jauh dari dia"

"Ga Ai, jangan dengerin ucapan Geo. Dia ga akan berani jauhin kamu dari Deo, jangan dengerin ya dia lagi ngawur" ujar Gio menangkup wajah Ai dan menenangkan nya.

Ai cemberut mendengarnya, "aku lagi enak tidur tau,"

Gio tersenyum geli, "Ya udah kenapa bangun? Kan bisa lanjutin tidur kamu"

"Dua dedemit itu berisik banget, dan aku kaget karena tangan aku ketarik Deo"

"Maaf" ucap Deo kembali duduk dan menggenggam tangannya.

Geo langsung menarik tangan Deo dan dia mendorongnya kasar hingga terjatuh menabrak meja dengan keras.

Mata Ai melebar dan dia spontan duduk, menatap tidak percaya apa yang baru saja Geo lakukan.

AIWhere stories live. Discover now