23

68 5 0
                                    

Ai pov

Aku menghela nafas melihat kelakuan Felix yang terlihat memarahi teman satu fakultasnya.

Felix, pria tinggi itu tidak pernah berhenti mengganggu ketenanganku  meskipun saat ini hati dan pikiranku tidak tenang.

Aku mengenalnya saat mengikuti kontes beberapa bulan lalu dan dia termasuk juri ataupun penanggungjawab dari kontes itu.

Mataku terus melihat bosan ke arahnya yang kini sudah membentak dan menggebrak meja.

"Kalian ga berguna tau! Masalah sekecil ini aja kalian ga bisa nyelesaiin!"

Lagi-lagi aku menghela nafas, Felix termasuk orang yang tidak sabaran sama sepertiku. Masalah kecil yang dia maksud adalah mencari orang yang sudah menjelekkan fakultas yang kita ambil.

"Gue udah berusaha Lix, tapi emang dia nyembunyiin diri dengan baik. Lo jangan gini dong!"

Sebenarnya ini urusan penanggungjawab fakultas yang tidak ada hubungannya denganku tapi si jakung ini yang menyeretku ke sini, entahlah aku saja tidak mengerti maksudnya.

"Lix, selesaiin dengan kepala dingin. Percuma lo marah-marah ke kita kalau lo ga bisa sabar. Kita semua lagi berusaha ngungkapin siapa dalang masalah ini, kita ga bisa nuduh orang sembarangan." Sahut kak Tiya menengahi.

Aku tersenyum tipis melihatnya, kak Tiya adalah salah satu mahasiswa favorit aku. Dia sangat bijak dalam menyelesaikan masalah, selalu menebarkan senyuman manisnya dan tidak lupa kesabarannya yang sangat besar.

Felix menghela nafasnya pelan, matanya melirik singkat ke arahku. Sepertinya dia mengirim sinyal agar aku keluar, aku berdiri dari tempat duduk ku.

"Mau kemana?" Tanya Felix tiba-tiba.

Aku menatapnya bingung, bukannya tadi dia menyuruhku keluar.

"Ah gue mau ke toilet," jawabku asal agar tidak malu dilihat kakak tingkat yang lainnya.

Felix mengangguk pelan, "langsung balik ke sini, jangan keluyuran."

Aku mendengus kesal, "lagian gue ga penting ada di ruangan ini," gerutuku langsung keluar ruangan, aku mendengar kekehan kecil yang lainnya.

Aku melangkahkan kaki ku ke arah toilet, aku tidak bohong meskipun tadi hanya alibi semata.

Aku menutup pintu bilik lalu aku mendengar pembicaraan seorang mahasiswi yang terdengar sangat menarik.

Aku tersenyum miring mengambil ponselku untuk merekam semua pembicaraan yang diobrolkan.

"Kena lo." Gumamku puas.

Pov Ai end

Felix dan mereka semua kembali menengok ketika pintu terbuka dan Ai masuk.

"Gue punya sesuatu," ujar Ai mendekati Felix dan melirik semua anggota.

"Ada apa?"

Ai memberikan ponselnya lalu suara rekaman itu Ai mainkan, semuanya mendengarkan dengan serius.

Setelah rekaman itu mati semua orang menatap Ai dengan tatapan penuh arti, "Apa?" Tanya Ai bingung dan juga merinding karena mereka tiba-tiba tersenyum lebar.

"Makasih Netta!" Seru mereka bersamaan.

Ai tersentak kaget, "ish ga usah barengan juga kali, kaget!" Gerutu Ai mengambil ponselnya kesal.

Felix tersenyum menepuk kepala Ai, "berguna juga ya lo," celetuknya.

"Ck, gue hidup banyak gunanya ga kayak lo yang bisanya marahin anak buah. Payah," ujar Ai dikekehi semua anak.

AIWhere stories live. Discover now