30

80 5 0
                                    

Sweetblood tidak bisa menyembunyikan rasa panik dan takutnya ketika Deo ngamuk.

Kepergian Ai dengan motor kesayangannya membuat Deo tidak bisa mengendalikan emosinya apa lagi dia mendengar cerita Geo. Gadisnya sangat membenci dirinya hingga meninggalkannya seperti ini.

Deo duduk di sofa sendirian, setelah dia ngamuk dan membuat semua orang keluar dengan sendirinya.

Wajahnya terlihat menyeramkan, tidak ada tanda-tanda ketenangan. Ini sudah tengah malam dan gadisnya masih belum ditemukan.

Bayu

Otaknya seketika mengingat Bayu, yang memiliki akses GPS di motor Ai. Tanpa pikir panjang Deo menghubunginya.

Telepon pertama tidak diangkat.

Telepon kedua sama juga.

Telepon ketiga, "tolong angkat Bay," gumam Deo resah.

"Halo,"

"Lo ada dimana?"

Tidak ada jawaban disana, "Yu, Ai kabur."

"Gue tau. Kita lagi otw pulang."

"Kita?"

"Ya. Ai sama gue, ga usah khawatir."

Deo menghela nafasnya lega, menyenderkan tubuhnya lemas. Air matanya lolos begitu saja.

"Dia baik, ga usah khawatir. Kita lagi mampir cari makan, nih anak laper. Lo tunggu kedatangannya aja, ga usah ngamuk ga jelas."

"Jaga dia buat gue bro,"

"Pasti."

"Makasih," ujar Deo tulus dibalas kekehan Bayu.

"Udah tugas gue buntuti ketua yang lagi kalut."

Deo menganggukan kepalanya, "sekali lagi gue minta Lo jaga dia bro, gue ga bisa nahan diri kalau dia sampe terluka."

"Hahaha siap bro!"

Setelah mengobrol singkat Deo memutuskan sambungannya, sekarang ada sedikit ketenangan di hatinya.

Deo memejamkan matanya mengistirahatkan pikirannya dari hal buruk.

***

Bayu menggeleng takjub melihat lahapnya ketuanya ini makan. Dia membawa Ai ke penjual martabak, dan gadis itu memang sangat suka martabak telur.

"Pelan-pelan, kita masih punya banyak porsi tenang aja."

Ai menatapnya dengan mulut penuh, "gue ga bawa uang, Lo bawa kan?"

Bayu terkekeh lalu mengangguk, "bawa, tenang aja. Kalaupun gue ga bawa paling Lo yang ditinggal di sini."

Ai menghentikan tangannya yang sibuk memasukan potongan martabak ke mulutnya setelah mendengar penuturan Bayu.

Bayu ikut terdiam melihat tangan Ai yang menaruh kembali makanannya, "kenapa?"

"Lo bawa dompet kan?" Tanya Ai dengan mata berkaca-kaca.

Bayu mengerjap melihat tingkahnya, terkekeh lagi Bayu menunjukan dompetnya yang terlihat penuh.

Mengangguk puas Ai kembali melanjutkan makannya, melirik semua anggotanya yang makan dengan santai.

"Habiskan." Ujar Bayu memberikan air minum ke arahnya.

Ai kembali mengangguk, tanpa diminta pun dia akan melakukannya.

"Rumah masih jauh?" Tanya Ai.

"Setengah jam lagi," jawab Bayu sembari melihat ke arah ponselnya.

Ai meliriknya ponsel Bayu dan terdiam melihat wallpaper nya ada wajah dirinya.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang