21

102 12 6
                                    

Deo menghela nafas ketika melihat gadisnya tertawa bersama kedua kakaknya, bibirnya ikut tertarik melihatnya tersenyum lebar.

"Ga mau gabung?"

Deo menengok mendengar pertanyaan dari El, Deo menggeleng pelan. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi sangat sulit untuk diungkapkan.

"Kenapa? Ada masalah?"

Deo kembali menggeleng membuat El semakin penasaran, "Jangan bohongi bunda Deo, kamu tau bunda tau segalanya" ujar El.

Deo menatap El lalu menghela nafas, "aku harus pergi"

El terlihat terkejut, matanya melirik ke arah Ai sebentar, "kamu serius?"

Deo mengusap wajahnya gusar dan mengangguk, "De--"

"Aku tau! Aku tau aku ga akan bisa ninggalin dia tapi aku harus."

El menghela nafas mendengar nada putus asa dari Deo, entah masalah apa yang ditimpanya hingga berpikiran untuk pergi dari kehidupan Ai.

Deo masih takut berjauhan dengan gadisnya, dia akan menjadi buas jika tidak ada pawangnya. Dia juga tidak yakin meninggalkan gadisnya seorang diri di sini meskipun dia percaya kedua kakaknya pasti menjaganya dengan benar.

"Udah ngomong sama Aisyah?"

Deo menggeleng, "aku takut," gumamnya.

El memberikan senyumannya, "Jangan takut, dia gadis pengertian Deo. Dia akan mengerti kamu,"

Deo mengangguk meski ragu, "baiklah bunda ke dalam dulu, jangan melamun di sini kamu semakin buat Ai penasaran, lihat, sekarang aja dia ngeliatin kamu"

Deo mengikuti arah pandang El ke arah Ai yang memang sedang menatap ke arahnya penasaran, Deo menunduk sebentar lalu kembali mendongak menghampiri Ai yang sudah berjalan mendekatinya.

"Ada apa?" Tanya Ai penasaran.

Deo menggeleng memberikan senyumannya, "nanti malem mau ikut nongki?"

Senyuman Ai terlihat lebar, "mau! Gue mau bawa motor gue sendiri,"

"Ga! Lo ga boleh bawa motor! Inget kata dokter Ai, lo dilarang bawa motor sampai kapanpun!"

Ai langsung menekuk bibirnya, kejadian sebulan yang lalu membuat semua orang terutama Deo semakin possesif kepadanya. Tidak boleh membawa motor ataupun pergi kemanapun sesuka hati.

Ai mewajari hal itu mulai sekarang dan dia tidak mau membuat mereka semakin mengekang dirinya jika melakukan yang dilarang.

Deo mengacak pelan rambutnya gemas, "Ada yang mau gue bilang ke lo dan gue harap lo terima." Ujarnya.

Ai menatapnya penasaran, "bilang apa? Sekarang aja"

"Ga. Nanti malem gue bilang ke lo dan mereka semua,"

Ai mengernyit bingung, "ada masalah?"

Deo menggeleng memberikan senyuman memikatnya, "Ga sayang, lihat aja nanti"

"Lo udah mulai rahasia-rahasiaan, menyebalkan"

Melihat wajah Ai yang mulai bete, Deo menekuk lututnya sedikit agar sejajar dengan wajah Ai dan dia memberikan kecupan di ujung hidung Ai pelan.

Ai menahan senyumannya, "aaaah lo bisa aja," ujarnya menabok lengan Deo kencang.

"Aduh"

"Sorry sorry"

Ai terkekeh begitupun Deo, melihat kedua orang ini akur dan saling melempar gurauan Gio dan Geo ikut tersenyum.

"Geo, Gio" panggil El menyuruh keduanya mendekat.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang