2

349 19 4
                                    

Deo terdiam melihat bayangan seseorang dibalik pintu balkon kamarnya. Ayahnya kembali murung dan kebiasannya selalu berada di ruangan pribadinya menyendiri.

"Ayah" panggilnya membuat Mario menengok dan memberikan senyumannya. Deo mengetahui senyumannya yang sama sekali tidak selebar dulu.

Deo meletakan tasnya lalu mendekati Mario tanpa memutus perhatiannya.

"Ayah ganggu kamu?"

Deo tidak menjawab membuat senyuman Mario kembali hilang, "ayah belum bisa bawa ibumu pulang"

Mario tetap menatap Deo dengan pandangan sedihnya, dia tidak mau seperti ini. Dia sangat merindukan istrinya.

"Berhenti mencarinya."

Mario terdiam mendengar ucapan Deo, "ibu udah ga peduli lagi sama kita ayah"

Mario menggeleng kepalanya menepuk bahu Deo pelan, "dia selalu peduli dengan kita. Ayah yang salah nak, jangan salahkan ibumu"

"Apa dia ga punya perasaan?"

Deo termenung dengan pandangan kosong menatap mata Mario, "aku putranya dan dia tega meninggalkanku sendirian"

"Deo"

"Apa aku pembawa sial Yah?"

Mario menggeleng cepat menarik Deo untuk dipeluknya, "maaf, maafkan ayah Deo. Seharusnya ayah langsung mencarinya, ayah bodoh Deo. Ayah bodoh! Maaf-maafkan ayah"

Deo terdiam tidak membalas pelukan ayahnya dan juga tidak berekspresi sedih. Wajahnya hanya datar dan itu membuat Mario khawatir tentang psikisnya.

"Aku harus pergi." Ucapnya lalu kembali menyambar kunci motor yang sudah tergeletak.

"Deo"

Mario menghela nafasnya mengusap wajahnya gusar. Putranya sudah ada di titik terendah. Dia sudah mulai terbiasa hidup tanpa seorang ibu, ini tidak bisa dibiarkan. Mario akan terus mencarinya, untuk Deo.

***

Deo mengendarai motornya dengan kecepatan sangat pelan, helmetnya tidak dipakai hanya di pegang saja.

Mentari sore terlihat sangat cantik membuat suasana hatinya membaik meskipun hanya sedikit.

Deo menghentikan motornya dan merogoh saku celananya untuk menghubungi seseorang.

"Dimana?"

"Markas"

Deo langsung memutuskan sambungannya dan memakai helmetnya lalu mengendarai motornya dengan cepat.

***

Gio menatap ponselnya yang baru saja mendapatkan telepon dari Deo.

"Kenapa?"

"Hubungi Ai, Deo lagi dijalan."

"Ada masalah?" Tanya Reno langsung membuka ponselnya untuk menghubungi Ai, vitamin Deo.

"Deo nelfon gue dan nada suaranya beda. Cepet hubungi Ai!"

"Lo kakaknya kenapa gue yang ngehubungin" gerutu Reno tidak terima dengan perintah Gio yang terdengar memaksa.

"Ikhlas ga lo?!"

"Ikhlas-ikhlas Gi astaga"

Reno meloudspeaker sambungannya dan langsung terhubung dengan Ai.

"Otw"

"Lho? Kemana?"

Ai melihat ke arah ponselnya dan menepuk keningnya pelan, "sorry gue pikir si Aya. Kenapa?"

AIWhere stories live. Discover now