5

232 17 0
                                    

Deo memikirkan leader tadi hingga sampai di markas. Baru saja turun anggota yang lainnya berjalan cepat keluar.

"Kenapa?"

"Dari mana lo?"

"Ada urusan tadi, kalian mau kemana?"

"Markas 'BlackDiamond'."

"Ada apa?"

Gio melirik Aris dan lelaki itu langsung memberikan ponselnya yang berisi pesan dari leadernya secara khusus.

"Lo yakin ini nomor leadernya?"

"Semua orang tau itu Yo, udah tertera di situ kalau itu milik leadernya"

"Gue ga yakin."

Arus berdecak, "gue abis ke sana dan ga ada keributan"

Semua mata kini menatap kearahnya, Deo menghela nafas.

"Gue cuma mau memastikan sesuatu"

"Kenapa?" Tanya Gio, jika Deo sudah penasaran maka itu penting baginya. Tebakan Deo akan sesuatu otomatis akan benar juga.

"Dia perempuan"

"Tuh kan apa kata gue!" Seru Aris dan langsung terdiam ketika mendapatkan lirikan tajam dari mereka, ini lagi serius.

"Ga tau kenapa feeling gue dia Ai"

"Apa?"

Deo terdiam menatap mereka bergantian, "Bayu langsung ngusir gue waktu dia dateng tadi"

Si kembar mengeratkan kepalan tangannya dan bergegas menaiki motornya, "bro!"

"Tebakan lo selalu bener Yo, gue ga mau adek gue kenapa-napa. Gue bakalan bantu mereka, leadernya secara khusus meminta kita bantu dia dan otomatis mereka ga bisa ngehendle itu. Feeling lo selalu bener Yo, inget itu."

Gio dan Geo berhasil mengendarai motornya menjauhi markas dan mereka yang terdiam.

"Ayo"

"Yo!" Seru mereka melihat Deo terhuyung ke belakang, Deo menyentuh dadanya terasa sakit.

"Ai" bisiknya.

Reno langsung menengok dan menyuruh mereka untuk bersiap dengan tangannya, "ikut gue" bisik Reno menarik Deo ke arah motornya. Dia tidak bisa membiarkan Deo menyetir dengan keadaan bengong.

"Gue bisa nyetir sendiri"

"Ga! Dengan keadaan lo yang kayak gini gue ga bisa ngebiarin lo. Ayo!"

Dengan terpaksa Deo mengangguk dan menurut. Deo merasa sangat sedih dan khawatir secara bersamaan dan itu membuatnya uring-uringan.

"Lebih cepet" pintanya, ini respon tubuhnya jika Ai terluka atau ada suatu masalah.

***

Bayu menatap tajam lawannya, "dimana leader lo yang pengecut itu? Itu motornya"

"Tutup mulut lo. Lo lebih pengecut dengan membawa senjata tajam. Apa pukulan gue lebih tajam he?"

"Sialan!"

Bayu kembali menepis dan melawan dengan mata yang tajam dengan gerakannya. Musuhnya kali ini tidak selemah dulu.

"Lo ga mau nyelesaiin baik-baik?" Tanya Bayu di sela-sela adu kekuatan, nafasnya sudah tidak beraturan. Keduanya memiliki energi yang lebih.

Dia tertawa rendah, "selesai baik-baik nanti ga ada kenangan dong"

"Lo mau buat kenangan bareng gue?"

AIWhere stories live. Discover now