7

178 13 0
                                    

Keadaan kamar inap Ai saat ini tidak bisa dikatakan sebagai kamar di rumah sakit. Ini seperti di bar dengan kulit kacang berserakan di lantai serta kaleng bekas minuman soda pun ada, kondisi Ai tidak jauh berbeda dengan kondisi kamarnya. Rambut berantakan dan selimutnya entah pergi kemana.

Ai merasa penat dan juga sakit karena dia bergerak terlalu aktif untuk memisahkan pertengkaran yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Deo tidak bisa berdiam diri ketika wajah Ai bersinar melihat kedatangan Bayu dan teman-temannya. Pria itu langsung nyeruduk Bayu dan memukulnya habis-habisan hingga bed yang Ai tempati bergeser. Keduanya berhenti ketika Ai bilang jika mereka menumpahkan bekas makanan yang ada di sampingnya.

Dan ketika puas saling memukul mereka mengajaknya untuk makan kacang dan minum soda di dalam kamar ini, kamar yang sudah berantakan sejak mereka masuk.

Saat ini wajah Ai seolah meminta pertolongan karena mereka semua mengabaikan kehadirannya dan asik sendiri. Ayolah! Ai tidak suka diabaikan dan dianggap tidak ada.

"Kalau gini caranya seharusnya gue udah pindah ke Yogyakarta" gumamnya lemas dan itu didengar mereka semua yang memang sedang hening.

"Setidaknya gue punya kenalan yang ganteng di sana dan perhatian ke gue, seharusnya gue udah di sana"

"Kenapa gue jadi sad girl gini ya tuhan"

"Seharusnya gue udah punya pacar orang Yogyakarta, atau mungkin punya jodoh orang sana"

"Seharusnya gue jadi orang Yogyakarta aja biar ga ketemu mereka di sini"

"Bunuh diri aja kali ya, biar bisa terlahir kembali jadi orang Yogyakarta syukur-syukur orang luar negeri biar ga ketemu semua orang di sini"

"Yak! Lo ngomong apa Ai?!" Seru Bayu langsung berdiri dari duduknya, bunuh diri?! Yang benar saja.

"Maksud lo apa sih?! Ga mau kenal kita?! Maksudnya begitu?!"

Dengan wajahnya yang terlihat teraniaya kepalanya mengangguk mengiyakan, "gue ga mau kenal kalian YANG UDAH BERANTAKIN KAMAR GUEE!!"

Ai meringis ketika luka jahitannya terasa sakit, matanya menatap tajam semua orang yang kini mengerubunginya. Seharusnya dia tidak boleh berteriak atau jahitannya lepas tapi dia tidak bisa sabar lagi. Mereka sudah keterlaluan.

Ai menghela nafasnya menenangkan pikirannya yang panas, "beresin." Ucapnya dingin dengan intonasi yang yang datar dan itu adalah ciri khas dari leader 'BlackDiamond'.

Tubuh mereka membeku layaknya terkena sihir, baru pertama kali Ai berbicara seperti itu kearah mereka dan kini mereka tau jika berhadapan dengan sang leader adalah hal paling menyeramkan.

Ai memejamkan matanya menarik selimutnya yang baru saja Bayu berikan hingga menutupi seluruh tubuhnya, dia sangat kesal dan membutuhkan istirahat. Semuanya langsung bergegas membersihkan kekacauan yang terjadi dengan cepat, sisi gelap Ai sudah keluar dan mereka tidak mau kena semburan.

Ceklek

Langkah Deo pelan memasuki kamar gadisnya, melihat bingung ke arah mereka yang sedang membersihkan kamar gadisnya.

"Selesai?"

Mereka mengangguk kompak tidak menatap ke arah Deo sama sekali, Deo sengaja meninggalkan gadisnya bersama mereka untuk bebersih dirinya.

Deo mendekati ranjang Ai dan dia menurunkan selimut Ai, senyumannya terbit melihat mulut Ai terbuka lebar. Tangannya mengusap kepala Ai lalu mencium keningnya, iseng tangannya menaikan dagu Ai agar tidak mangap lagi namun sia-sia karena mulut Ai tidak menutup juga.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang