Bagian 43 : Tertanda, Dosenmu.

32.1K 2.7K 108
                                    

Jangan lupa vote dan berikan komentar.

***

Badan Ara luruh ke atas lantai kamarnya. Tangis tanpa suaranya terus keluar tanpa ia kehendaki.

Kenapa rasanya sesak sekali? Kenapa rasanya aku jadi nggak pantes buat Bang Adam?

Ara memegang dadanya yang terasa sesak. Ia menggigit bibir bawahnya menahan isakan agar tidak keluar.

Ara kembali melihat bayangannya di cermin depannya.

"Menyedihkan. Kamu menyedihkan, Ra. Padahal Bang Adam udah bilang kalau itu sekadar urusan dosen sama mahasiswa. Tapi kamu malah membesar-besarkan masalah dan bersikap kayak anak kecil. Kamu ini menikahi dosen, Ra. Jelas kalau dia membahas hal-hal sama mahasiswanya. Kamu ini kenapa sih, Ra?" lirihnya bermonolog.

Ara sadar terlalu sensitif. Namun, ia juga tidak bisa menahan untuk tidak cemburu. Dia hadir tanpa dapat ia tahan. Meluap begitu saja.

Perasaan tidak pantas menyelimuti dirinya. Merasa tidak pantas bersanding untuk Adam yang sudah dewasa dan matang untuk membina rumah tangga. Ara yang masih suka mementingkan ego sendiri seperti ini dan Adam yang selalu memahami dirinya dengan sabar membuat dirinya minder.

Merasa tidak pantas dicintai sebanyak ini.

Apakah aku pantas dicintai sebanyak ini?

***

Adam melihat calon artikel yang akan segera diunggah itu dengan tatapan kosong.

Adam merasa bersalah telah membentak Ara. Namun, satu sisi ia juga merasa sedih dengan sikap Ara yang seperti itu.

"Pak? Pak Adam?" panggil Monika dengan tangan menyentuh bahu Adam, mencoba menyadarkannya.

"Iya, Ra?" Refleks Adam. "Ah, maaf. Iya, Monika?"

Monika tersenyum kecut. "Saya tadi bertanya pada Bapak."

"Tolong tangan kamu jangan pegang-pegang saya," ucap Adam memperingatkan membuat Monika buru-buru menarik tangannya.

"Maaf, Pak, tadi saya mencoba untuk menyadar—"

"Tanya apa kamu tadi?" potong Asam denhan muka madam.

"Tentang sitasi, Pak."

"Kamu gunakan Mendeley buat sitasi. Itu memudahkan dan membantu sekali."

"Itu dipasang di laptop, Pak?"

"Dipasang di kamar kamu, atau cetak yang besar terus tempelin ke artikelmu."

"Maaf, Pak."

Apa sih nih dosen. Kenapa jadi tambah nyebelin? Batin Monika sebal. Ini pasti gara-gara si Ara yang nyuruh. Sialan emang Ara.

"Bagaimana cara pakai Mendeleynya, Pak?"

"Cari tutorial di Youtube. Atau baca di internet. Jangan apa-apa minta dijelaskan. Kalau ada yang tidak dipahami baru bertanya."

"Iya, Pak. Maaf."

Krucuk-krucuk

Perut Adam tiba-tiba saja berbunyi keras. Monika yang mendengarnya ingin terkekeh tapi ia tahan.

"Pak Adam belum makan?"

"Kenapa tanya-tanya?"

"Enggak, Pak. Sebagai tanda terima kasih, apa Bapak mau makan di luar sama saya?"

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora