Bagian 27 : Hari Pernikahan

46.7K 3.9K 91
                                    

Pada akhirnya, pernikahan Adam dan Ara berlangsung kurang dari sebulan setelah perbincangan dan acara lamar-melamar oleh Adam. Pernikahan dilaksanakan secara mendadak namun tidak mengurangi kematangan persiapan acara.

Ara sedang memakai kebaya luarannya sebagai sentuhan akhir persiapan pernikahannya saat Puput dan Rani datang.

"Huaaa, ini anak beneran nikah sama Pak Dosen!" seru Puput.

"Iyaa, ternyata omonganku manjur," ucap Rani menambahi.

Ara mengangkat kedua bahunya singkat. "Aku juga nggak tahu. Emang udah waktunya kali. Sumpah ya, tapi rasanya kayak mimpi tahu nggak?"

"Iyalah kayak mimpi. Tahu nggak? Temen-temen pada heboh gara-gara undangan kamu tahu nggak. Walaupun Pak Adam dosen pengganti, tapi ketampanannya melegenda tahu."

"Paan sih alay banget. Pak Adam yang beruntung dapet Ara," ucap Rani yang dikekehi Ara.

"Apaan sih kalian ini. Btw gimana? Aku pantes nggak pakai baju gini? Pakek make up gini?" tanya Ara yang sudah selesai bersiap.

"Pantes banget! Beneran nggak bohong. Kamu cantik banget, Ra," ucap Puput.

"Gimana? Deg-degan nggak?" tanya Rani.

Ara tersenyum. "Iya. Do'ain yang terbaik ya. Eh iya, kalian kok bisa kenal dan barengan ke sini?"

"Bundamu tuh yang kenalin, terus ternyata kita satu fandom, terus yaaa gitu deh," jawab Puput.

"Sttt, gimana sama malam pertama?" bisik Puput yang mendapatkan jitakan di kepalanya.

"Heh!" seru Ara marah, namun pipinya bersemu merah.

"Aduh, Ra. Sakit!"

"Rasain!"

Rani menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Puput dan Ara. Ia kemudian mengecek jam tangannya. "Ayo, Ra ke bawah. Kita persiapan akad."

***

Di lain sisi. Adam mengembuskan napas menenangkan diri. Masa-masa mendebarkan sebentar lagi akan datang.

"Dam, bisa dimulai? Ara udah siap," tanya Ilham.

"Udah, Ham. Ara udah siap? Udah ke sini?"

"Tuh." Ilham menunjuk ke arah tangga. Adam mengikuti arah yang ditunjuk Ilham.

Adam membelalakkan matanya tertegun.

"Liatinnya biasa aja dong. Nggak usah sampai nangis gitu," goda Ilham sambil menyenggol Adam.

Adam tersadar dan menyeka pipinya. Benar saja, tanpa sadar ia meneteskan air mata.

Di sana ada Ara yang terlihat sangat cantik di mata Adam. Entah kenapa ada perasaan lega di dalam hatinya dan tanpa ia sadari ia meneteskan air mata.

"Ham. Adik kecilmu udah dewasa ya. Pertama ketemu padahal dia masih pakai putih abu-abu, waktu itu aku lagi magang. Sekarang adik kecil yang selalu kamu jaga bakal jadi istri aku, sekarang aku yang bertugas jadi suami, sahabat, sekaligus kakak buat dia. Ham, nggak tahu kenapa, aku pengen izin aja gitu."

"Ngapain sih, Dam. Aku udah dari dulu ngizinin. Toh kalau aku nggak ngizinin, kamu mau batal nikahan?" gurau Ilham yang dikekehi Adam.

"Aku menikahi adik kecilmu, Ham. Dia akan menjadi istriku. Aku akan berusaha yang terbaik untuk menjadi suaminya, menjadikan dia satu-satunya wanitaku sampai akhir, dan memberikan yang terbaik selama sisa hidupku."

"Kamu beneran sesuka itu ya sama adikku... Pesenku, jaga Ara. Dia itu orangnya walau kelihatan gitu sebenernya lembut dan sensitif banget. Good luck, Dam. Titip adik kecilku."

***

Ara melihat ke laki-laki di sampingnya yang terlihat begitu tampan dan tegas. Walaupun terlihat sekali walau dia gugup, dia berusaha untuk menutupinya dan berusaha semaksimal mungkin.

"Saya terima nikahnya Inggrid Iswara binti German dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

"Sah?" tanya penghulu.

"Sah!" jawab semuanya serentak.

Kemudian semuanya mengucap syukur. Acara berjalan lancar, dan acara resepsi sudah menunggu di depan mata.

Dicium kening Ara lama oleh Adam. Kemudian ia berkata, "Terima kasih, Ara."

Ara tersenyum dan mengangguk.

Hari ini, Ara status lajang dan menjadi seorang istri dari seseorang yang bahkan tidak pernah ia pikirkan akan menjadi suaminya.

Berawal dari serangkaian kejadian tidak terduga dan berbagai kesalah pahaman mengantarkan mereka menjadi sepasang suami istri.

***

Mengenalmu mungkin terjadi karena suatu ketidaksengajaan, dan tiba-tiba datang perasaan mencintaimu bukan sesuatu yang aku rencanakan.

Namun, mempertahankan perasaan ini dan terus mengembangkannya dengan menjaganya agar tidak mati adalah sebuah keputusan.

Keputusan yang aku ambil karena hatiku yakin, dan hatiku tidak salah memilih. Kamu yang terbaik untukku.


Tertanda,

Dosenmu.

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang