Bagian 52 : Penolakan

28.5K 1.8K 40
                                    

Dari jendela dapur, terlihat matahari yang mulai menyingsing dari arah timur. Ara tersenyum melihatnya. Dengan penuh semangat, sebagai permintaan maaf, ia akan masak nasi goreng kesukaan Adam.

Ia dengan cepat merajang bawang, menyiapkan nasi, dan bumbu lainnya. 10 menit berlalu, jadilah nasi goreng spesial untul Adam. Setelah menaruhnya di piring dan memberi sentuhan terakhir telur ceplok.  Tiba-tiba, Adam datang dengan sedikit berlari.

"Ra, kamu taruh di kotak bekal aja ya sarapannya, Abang udah ditelpon, ada urusan mendesak jadi harus cepet berangkat," ucap Adam dengan panik.

"Oh, iya Bang, Ara masukin ke kotak bekal," balas Ara dengan panik juga. Adam pun kembali ke kamarnya.

Tidak lama kemudian, Adam berteriak dari kamar. "RA, DASI HITAM ABANG DIMANA YA?"

Ara yang sedang menutup kotak bekal pun menjawab, "DI LEMARI BAWAH!"

"Eh? Ada di lemari bawah atau di keranjang ya?" gumamnya bingung. Ia memutuskan untuk mencarikan ke kamar.

"Udah ketemu, Bang?" tanya Ara melihat Adam yang sudah rapi berjongkok di depan lemari.

"Belum nih."

"Ara bantu cari," ucap Ara yang diangguki Adam. Sembari mencari, Ara berkata, "Oiya, bekalnya Ara taruh di meja dapur. Nanti sebelum berangkat, jangan lupa diambil. Eh, ini, Bang, dasinya udah ketemu. Mau Ara pasangin?"

"Mau, tapi nanti malem aja ya, ini Abang pakek di mobil aja. Abang pamit mau berangkat dulu. Jangan lupa besok Abang berangkat jadi pendamping, tolong kabarin Abang, nanti kamu jadinya mau ke rumah Bunda atau di rumah aja. Jangan anter Abang ke depan. Kamu di sini aja istirahat."

Ara mengangguk kemudian salim. "Nggak ada yang ketinggalan?" Adam menggeleng. Setelah ciuman di kening, Adam melesat pergi dengan cepat.

Pandangan Ara melihat ke arah kasur. "Oh? Spreinya mana? Udah dimasukin ke mesin cuci?" pikirnya bertanya-tanya. Karena penasaran, ia pun berjalan ke arah tempat mencuci. Namun, saat melihat meja dapur, dilihatnya kotak bekal tidak dibawa oleh Adam.

"Loh! Nggak dibawa!" kagetnya dan mencari ponselnya. Ia mencoba untuk menelepon Adam. Tapi, ia urungkan niatnya karena mungkin Adam masih di jalan dan berbahaya untuk menyetir sambil menelepon.

Ia pun beralih menghubungi Puput.

Dering pertama, dering kedua, dering ketiga panggilan pun diangkat.

"Halo, Put?"

"Iya?"

"Sibuk nggak? Boleh minta tolong?"

"Apa?"

Sayup-sayup terdengar ribut dari seberang telepon.

"Kamu lagi sibuk, Put?"

"Nggak tahu ah, ini Andrian sama Nara lagi rame kayak kucing mau kawin."

"Ha? Kok bisa mereka ada sama kamu?"

"Aku kebagian jaga cafe malem sampe pagi, eh mereka malah dari malem sampe pagi nongkrong di sini. Ini aku udah mau pulang, eh mereka berantem mau anterin aku pulang."

"Wah, lagi direbutin 2 cowok nih?"

"Nggak tahu ah. Puyeng. Jadi minta tolong apa tadi?"

"Aku tadi mau minta tolong anterin ke kampus, soalnya bekalnya Bang Adam ketinggalan. Tapi kalau kamu sibuk nggak apa-apa sih."

"Aku berangkat kerja dijemput, Ra, jadi aku nggak bawa motor. Tapi bawa motor pun aku takut sih kalau bonceng kamu ke kampus."

Terdengar suara Andrian menyahut, "Aku bawa mobil, sama aku aja ke kampusnya."

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang