Bagian 20 : Merenggang

42.4K 4K 25
                                    

Sudah beberapa hari Ara dan Adam tidak saling berbincang. Semenjak kejadian Ara tahu bahwa Adam sudah memiliki calon, ia mencoba untuk jaga jarak dengannya.

Perbincangan mereka hanya sebatas mahasiswi dan dosen di dalam kelas. Selebihnya tidak ada.

"Ra, kamu akhir-akhir ini kenapa sih?" tanya Puput penasaran karena Ara berubah menjadi pendiam.

Ara menggeleng. "Cuma lagi ada pikiran aja kok."

"Kamu bisa cerita ke aku kok, Ra. Aku siap dengerin," ucap Puput membuat Ara tersenyum.

"Lain kali ya, Put."

"Dih, sama cewek lain lagi," desis Puput membuat Ara mengikuti arah pandangannya.

Andrian....

Refleks Ara berjalan mundur. Kejadian penyerangan tempo hari tiba-tiba datang ke otaknya.

Brak!

Tanpa sengaja ia menabrak seseorang di belakangnya. Saat menoleh hendak meminta maaf, Ara melihat Adamlah yang ia tabrak.

"Maaf, Pak."

"Ara, kamu kenapa jalan mundur gitu?" tanya Puput khawatir.

Ara menggeleng dan pergi setelah membungkuk ke Adam.

"Loh, Ra?!" panggil Puput.

"Ara kenapa?" tanya Adam kepada Puput yang hendak menyusul Ara.

"Maaf, Pak. Saya juga tidak tahu. Tadi tiba-tiba dia jalan mundur. Permisi, Pak, saya mau menyusul Ara."

Adam mengangguk mengiyakan.

Di sisi lain, Ara berjalan tidak tahu menuju ke arah mana. Dia hanya berjalan ke arah keramaian.

Tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing. Ia langsung merapat ke tembok untuk bersandar.

"Duh, kenapa nih aku?!"

Ara mencoba berdiri tegak kembali dan mengambil air di tasnya. Ia tengguk sampai habis berharap dapat mengobati pusingnya.

Ia pun memutuskan untuk menuju taman belakang gedung PGSD karena biasanya di sana jarang ada orang.

Benar saja, saat ia sampai, di sana sedikit sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang sibuk mengerjakan tugas.

Ara duduk di salah satu bangku yang tersedia, kemudian memejamkan mata.

Angin semilir membelai lembut kukit Ara. Hal itu akan mempercepat dirinya jatuh ke alam mimpi.

Namun sialnya, saat hampir tertidur, suara tangis menyadarkannya.

Siapa sih nangis? Bikin orang nggak bisa tidur aja.

Ara mencoba mengikuti sumber suara dan ia menemukan Adam dengan perempuan yang membelakangi Ara. Karena kaget, ia langsung bersembunyi di balik tembok.

"Kok nangis sih dia? Kenapa nangis? Apa dia calonnya Kak Adam itu?"

"Pak, saya cinta sama Bapak. Bapak itu sosok yang sempurna buat saya," ucap perempuan itu dengan isakannya.

Karena tidak bisa mendengar secara jelas, Ara mencoba untuk mendengarkan lebih dekat.

"Maaf, tapi saya sudah punya tunangan," tolak Adam membuat Ara menunduk.

Ternyata mereka sudah bertunangan, tinggal nikahnya aja? pikirnya tanpa sadar wajahnya terlihat oleh Adam.

Saat ia merasa diperhatikan, ia melihat dan pandangan mereka bertemu. Ara yang terkejut langsung menarik wajahnya dan berjalan menjauh untuk mencari tempat bersembunyi.

Di tempat yang ia rasa aman dari Adam, dia duduk dan berpikir.

Jadi mereka udah tunangan? Jadi nggak ada kesempatan buat aku?

Ara tersadar dengan apa yang dipikirkannya. Ia kemudian menggeleng.

Kesempatan? Kesempatan apa sih, Ra? Kamu mikir apaan?!

Ara menekuk lututnya dan menyembunyikan wajahnya di sana.

"Kenapa? Kenapa rasanya sakit gini?" lirih Ara pelan. Ia mengembuskan napasnya.

Sebuah suara menyapanya. "Kenapa sembunyi di sini?"

Ara mendongak dan melihat Adam dari bawah.

Anjirr! Ke-gep aku!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anjirr! Ke-gep aku!

===

Yaaahh, segini dulu ya untuk hari ini. Selamat malam para readersku.

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Where stories live. Discover now