Bagian 3 : Lamaran

81K 6.2K 161
                                    

"Dek, bangun, Dek!"

Pagi-pagi aku merasa ada gempa di kamarku. Huh, ini orang kenapa sih banguninnya gini amat? Sakit semua ini badan, malah makin males bangun.

Kerjaan siapa lagi kalau bukan Bang Ilham.

"Bang, please bisa nggak sih banguninnya baik-baik gitu?" tegurku dengan muka bantal dan tentunya masih menutup mata.

"Bangun, Dek! Ada yang mau ngelamar kamu!"

"Apa sih? Nggak usah khayal deh. Lulus aja belum."

"Ih dibilangin kok, coba deh kamu cek ke depan kalau nggak percaya!" balas Bang Ilham dengan nada serius. "Di depan udah ada Adam!"

Sontak saja aku membuka mataku lebar-lebar. "HAH? SERIUS? KOK TIBA-TIBA BANGET? PDKT AJA BELOM!"

"Makanya kamu buruan keluar, kasihan udah dari tadi nungguin!"

"Bang, bercandaan kan?"

"DAM!" Abang berteriak. Dan oh sial, guys! Ternyata ada sahutan.

"IYA, HAM?" Teriakan menjawab terdengar dari luar, dan itu suara Kak Adam!

Aku memukul pipiku dan aw, sakit. Bukan mimpi.

Deg, deg, deg.

Kalau kalian bisa lihat mukaku sekarang, beneran kayak orang bego. Tanpa ba-bi-bu, aku langsung bangkit dari tidurku dan berjalan ke ruang tamu.

Benar saja, di sana ada Kak Adam duduk dengan memakai pakaian rapi dan jas hitam.

"Kak? Kakak beneran?" tanyaku to the point.

Kulihat dia terdiam sejenak, "Oh," ucapnya kemudian mengangguk dan tersenyum. "Iya, beneran."

Aku semakin melotot. "Tapi, Kak. Bukannya terlalu cepet buat lamar aku? Kita baru ketemu kemarin loh, Kakak masih belum kenal aku!"

Kemudian Kak Adam berdiri dengan muka kaget. "Hah? Maksudnya gimana?"

"Lah? Kata Kak Adam waktu aku tanya tadi beneran?"

"Bentar, tadi yang dimaksud 'beneran' ini apa, Ra? Jangan-jangan yang kamu maksud?" tanya Kak Adam.

"Hahahaha!!!" Suara tawa membuat kami berdua terkejut. Dengan dramatis kami menoleh dan menemukan Bang Ilham tertawa kencang.

"ANJIR! GAK KUAT LIAT KALIAN BERDUA! LAGIAN BEGO AMAT SIH KAMU, DEK?!" ucapnya dengan tertawa.

Aku memejamkan mata. Oh sial, ini pasti kerjaannya Bang Ilham.

Perlahan aku membuka mata dan melirik ke arah Kak Adam yang ternyata sedang melihatku. Aku langsung menunduk. Rasanya mukaku memerah malu, terasa panas.

"Eh, Dek!" panggil Bang Ilham saat aku langsung berlari menuju kamar dan menutup pintu dengan kencang.

Aku berlari menghampiri cermin di dalam kamar.

"Aduh, muka bangun tidurku, rambut acak-acakan, kan malu dilihat Kak Adam! Udah gitu ngomong lamar-lamar lagi! Dikiranya aku nanti yang minta dilamar! Sialan Bang Ilham emang!"

Aku menggelengkan kepala. "Sabar, Ra, Kak Adam pasti tahu kalau itu cuma kerjaannya Bang Ilham," ucapku menyemangati diri.

Jam menunjukkan pukul 08.00, aku pun memilih menuju kamar mandi di dalam kamar. Mencoba untuk melupakan kejadian memalukan hari ini.

---

Aktivitas mandiku sudah selesai, tinggal menggosok gigi saja. Aku menuju wastafel dan mulai menggosok gigi.

Sedang asik-asiknya menggosok gigi, tiba-tiba aku teringat kejadian tadi. Aku menggeleng dengan keras. "Nggak-nggak-nggak. Ra! Nggak boleh mikirin kejadian ini lagi, ini cuman insiden gara-gara Bang Ilham! Udah jangan mikirin respon Kak Adam lagi!"

Tarik napas, buang.

"Hiii," kagetku melihat bayangan Kak Adam berada di cermin atas wastafel dengan berkata, "Hai, Ra. Mikirin aku ya?"

"Haiiihh! Anjir!" ucapku miris kemudian segera berkumur dan keluar kamar mandi.

"Liat aja, Bang! Bakal ada pembalasan yang kejam buat Abang!"

---

Sekarang sudah jam 09.00, aku berada di dalam kelas sejak jam 08.30 bersama beberapa mahasiswa lain dan teman dekatku, namanya Puput Melani. Kita berteman sudah dari SMA.

"Put, kayaknya dosen ini lagi-lagi nggak masuk deh," ucapku pada Puput yang dianggukinya dengan cepat.

"Iya, kebiasaan nggak pernah masuk nggak kasih pemberitahuan! Sekalinya masuk kasih tugas bejibun," gerutunya kesal.

Memang sudah menjadi kebiasan, Dosen itu memang jarang masuk kelas. Buktinya hanya ada beberapa mahasiswa di dalam kelas ini, beberapa lainnya menunggu di kos atau di rumah masing-masing daripada diPHP dosen.

"Cabut lah yuk," ajakku yang diangguki Puput.

"Eh, tau nggak? Aku kemarin habis ketemu Cogan pas mati lampu!" ucapku bercerita sambil berjalan menuju ruang Sekretariat organisasi yang aku dan Puput ikuti.

"Ohya?"

"Iya, ganteng banget orangnya. Temennya abangku. Terus kan ya, tadi aku dibangunin sama Abang, dia bilang kalau temennya yang kemarin itu datang mau melamar aku dong! Dan begonya aku entah kenapa percaya, ya mungkin efek bangun tidurlah ya, dan akhirnya aku keluar langsung nanyain ke dia... Aduh, nggak tahu ah, malu banget aku rasanya."

Kudengar Puput tertawa. "Kamu emang bego dari dulu. Loadingnya lamaaa! Lemot!" hardik Puput yang aku hadiahi jitakan di kepalanya.

"Kamu lebih bego! Dikadalin mantan mau aja!"

"Loh, kok jadi bahas mantan sih?!" protesnya.

"Ya lagian, aku curhat malah dibego-begoin."

"Ututuuu, ngambek dianya," ucapnya dengan muka aneh.

Tawaku pecah melihat ekspresinya. "Anjir, mukamu!"

Muka Puput kembali ke ekspresi semula. "Jadi gimana? Besok masuk kelas nggak?"

"Nggak tahu, lihat besok aja.”

---

Lagi semangat jadi update dua kali wkwk.
Semoga besok ada ide.
Btw, salam kenal!

Btw, salam kenal!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cover versi 2
👆

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang