Bagian 10 : Penyusup!

55.7K 5.3K 106
                                    

Brummmm.

Ara terbangun saat mendengar suara deru sepeda motor di garasi rumah. Ara menguap dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Masih dengan mata terpejam, Ara bergumam, "Siapa sih? Pagi-pagi udah nyalain sepeda motor?"

Sepertinya, malam telah berganti pagi, pikir Ara. Namun cuaca dan hawanya masih terasa dingin. Tapi anehnya sebelah kirinya terasa hangat.

Tidur lagi aja ahh....

Saat Ara akan memejamkan matanya, ia tersadar kalau ada sesuatu yang agak berat di atas perutnya. Langsung saja ia sibakkan selimut itu dengan sekuat tenaga.

Ia melihat dirinya memakai handuk kimono namun sudah acak-acakan posisinya. Tali yang mengikat bagian kanan dengan kirinya melonggar hampir terbuka, membuat dirinya tidak tertutup sempurna.

Dan yang paling mengejutkan, di atas perutnya yang kimononya sedikit terbuka longgar, ia melihat sebuah tangan kokoh melingkar di perutnya.

"Kk-ok bukan kayak tangan Bang Ilham? Ah nggak mungkin, ini pasti tta-tang-tangan Bang Ilham, kan?" ucapnya mencoba menghibur diri. Namun....

"Dek, Abang pulang!" Suara Ilham berteriak dari luar kamar membuat bulu kuduk Ara meremang.

Seketika itu juga, Ara menyibakkan selimut di sebelah kirinya. Ara mendapati seorang laki-laki sedang tertidur pulas di sampingnya dengan posisi tengkurap. Dan salah satu tangannya telah mendarat di perutnya.

YA-YA AMPUN... AKU? AKU HABIS NGAPAIN?!

"AAAAAAAA!!!!" teriak Ara yang membuat laki-laki itu terbangun.

Suara pintu terbuka tiba-tiba dan lampu menyala membuat ruangan kamar yang gelap langsung terang membuat pandangan Ara dan laki-laki tadi menuju ke sumber suara. Yang melakukannya adalah Ilham.

Ilham terlihat melotot mendapati Ara dengan handuk kimono yang acak-acakan dan Adam yang bertelanjang dada berada di atas satu ranjang yang sama.

"KALIAN HABIS NGAPAIN?!" teriak Ilham marah.

"ADA PENYUSUP, BANG! PENYUSUP!" seru Ara mengadu ke Ilham sambil menunjuk ke arah laki-laki di sampingnya.

Ara kemudian menoleh dan kaget melihat Adam. "LOH! KAK ADAM?!" teriaknya dengan ekspresi kaget. Lalu tersadar bahwa Adam tidak memakai baju.

"HUAAA!" Ara langsung lompat dari ranjang.

"Ngapain kamu di sini?!" tanya Adam dengan ekspresi kaget. Adam lebih terkejut saat melihat Ara memakai kimono yang acak-acakan, refleks ia melemparkan selimut ke Arah Ara. "Benerin kimonomu!" sentak Adam.

"Ya kamu yang ngapain di sini? Ini kan rumah aku!" seru Ara tidak mau kalah.

"Tapi ini bukan kamar kamu!"

Ilham yang sebelumnya terlihat marah mulai memahami situasi. "Ada apa?" tanya Ilham menengahi mereka.

"Ada penyusup!" ucap Ara dan Adam bersamaan sambil lempar tuding satu sama lain.

Ilham maju ke arah Ara kemudian merapikan handuk kimono Ara. "Ini dibenerin dulu, nggak malu sama Adam?" ucap Ilham lembut membuat Ara ingin menangis. Entah terdengar seperti ada nada kekecewaan di sana.

"Ara kenapa diem aja? Kenapa? Kok Ara ada di kamar Abang?" tanya Ilham kemudian menghela napas membuat Ara detik itu juga langsung menangis.

"Bang, maafin Ara udah bikin Abang kecewa. Ara yang salah," ucap Ara sambil menangis. Merasa bersalah karena mengecewakan Abangnya itu.

Ilham tersenyum dan membawa adiknya itu ke dalam pelukannya. "Maafin Abang karena nggak bisa jagain adek kecil kesayangan Abang ini," ucap Ilham yang langsung digelengi Ara.

"Bang, jangan minta maaf, Ara jadi sedih."

Sedangkan Adam memegangi kepalanya bingung dengan semua yang terjadi. Sebenarnya ada apa?

Dengan kondisi tubuhnya yang terasa kurang sehat karena sehabis hujan-hujanan kemarin, ia merasa pusing untuk mengingat kembali kejadian kemarin.

Ilham membawa Ara duduk di tepi ranjang. "Coba inget-inget, kamu kenapa bisa ada di sini dengan keadaan kacau begitu?"

Ara mencoba mengingat kejadian kemarin. Ia bangun dan ke kamar Ilham karena mau protes, karena rencana mengerjai Ilham belum terlancarkan.

"Kemarin, Ara ketiduran di kursi depan pas nungguin Abang, waktu itu Ara punya rencana ngerjain Abang pas minta Abang ngeringin rambut Ara, tapi ternyata belum berhasil karena ketiduran dan ada yang selimutin Ara , jadi Ara mau protes ke Bang Ilham, tapi ternyata Bang Ilham udah tidur. Ara nggak mikir panjang kalau itu bukan Bang Ilham soalnya keadaan kamar gelap, munggungin aku, dan badannya juga ketutup selimut. Jadi Ara tidur di sebelahnya Abang biar Bang Ilham kaget pas bangun dan Ara bisa nagih omongan Abang kemarin," jelas Ara panjang lebar.

"Tapi Ara nggak tahu, kenapa kimononya jadi acak-acakan. Kak Adam nggak ngelakuin apa-apa ke Ara kan?" tanyanya pelan, takut jawabannya tidak sesuai ekspetasinya.

"A-aku nggak tahu," jawab Adam membuat Ara merasa tertohok. "Kepalaku pusing. Aku nggak tahu kenapa tahu-tahu aku tidur meluk kamu. Dan aku nggak tahu darimana asal tanda merah di leher kamu itu," lanjutnya membuat Ilham dan Ara yang sebelumnya tidak menyadari tanda itu terkejut. Dan saat itu juga, semakin pecahlah tangis Ara.

---

Hahaha. Next nggak nihh?

Mau double update? Komen dulu sini absen. Kalau banyak yang mau aku update dua kali.
Hehewww.

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang