Bagian 13 : Bekas Merah

58.5K 4.7K 43
                                    

Happy reading.
Semoga sukaa.
💋

---

Dengan langkah sebal dan muka masam, Ara berjalan cepat menuju kelas. Kurang-lebih 10 menit lagi kelas di mulai.

"Semangat, Ra. Naik satu lantai lagi udah gedung G," gumamnya lalu mengikat rambutnya dengan ikat rambut yang sebelumnya ia buat gelang.

"Huh, panas banget," gerutunya dan melangkahkan kakinya menaiki tangga lagi.

Srupp!

Rambut Ara seperti dijambak dari belakang membuat dirinya hampir terjengkang konyol di tangga yang sepi. Untungnya tubuhnya ditahan dari belakang.

Dengan rambut yang terurai diterpa angin, ia menoleh. Di sana, Ara melihat Adam dengan tangan kiri menahan tubuhnya dari belakang dan tangan kanan memegang ikat rambutnya.

"Kak Adam! Ngapain sih?" geram Ara. "Kak Adam bikin aku hampir jatuh tahu nggak?! Kalau aku jatuh terus cidera gimana? Bahaya tahu!"

Adam mengangkat tangan kirinya. "Udah aku perhitungin, jadi aku tahan pakai tangan kiri. Aman, kan?"

Ara berdecih dan melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Tetep aj—"

"Tanda merah," potong Adam.

Ara melotot dan reflek menutupi dengan telapak tangannya. Ia menatap Adam tajam dan berlari menaiki tangga.

SIALAN!!!! PENGEN CUBIT GINJALNYA BOLEH NGGAK SIH?! gerutu Ara kesal dalam hati mengingat kejadian pagi ini.

Dari belakang, Adam melihat punggung Ara dengan menahan tawanya. Ia teringat kejadian dimana ia menutup seluruh wajah Ara dengan rambutnya seperti hantu.

Tiba-tiba saja Adam menguap. Sepertinya efek obat yang ia minum sembari menunggu Ara bersiap-siap tadi. Adam berdehem dan merapikan bajunya sebelum menuju ruangannya.

---

"Ra, kantin skuy," ajak Puput saat mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Kelas baru saja selesai, dan para mahasiswa sudah berhamburan keluar kelas.

Ara mengangguk dan menggaruk lehernya yang terasa gatal.

"Kenapa leher kamu, Ra?"

"Eh, nggak, nggak apa-apa kok," jawab Ara kaku membuat Puput menajamkan matanya. Ia melangkah maju, membuat Ara melangkah mundur.

"P-Put...."

Puput dengan gerakan cepat langsung menyibakkan rambut Ara. Melihat respon Puput yang mendelik kaget, Ara menutup mantannya malu.

"Loh! Kok bisa bentol merah gini? Digigit nyamuk nih! Kamu garuk ya?" tanya Puput membuat Ara bingung.

Kemudian ia mengkhayalkan Adam memakai kostum nyamuk, Adam dengan kostum itu maju mendekati Ara dan menggigitnya.

"RA!" teriak Puput membuat Ara tersadar dari khayalan bodohnya.

"EH IYA?!"

Ara memejamkan matanya. Duh gila, aku tadi mikirin apa sih?

Ara terkejut saat Puput tiba-tiba mengoleskan minyak ke lehernya.

"Biar reda dan nggak gatel lagi," ucap Puput.

"Nggg... emangnya ini gegara digigit nyamuk ya?" tanya Ara hati-hati.

"Iyalah, ini kayaknya nyamuknya gede," jawab Puput membuat Ara memikirkan Adam memakai kostum nyamuk kembali.

Oh tidak, otakku! teriak Ara dalam hati dan menggelengkan kepalanya.

Puput tersenyum jenaka dan merangkul sahabatnya itu. Ia kemudian berbisik. "Kalau bekas cupang itu nggak kayak gitu, Ra. Tenang aja."

"HEH! MAKSUDMU APA?!" teriak Ara terkejut karena malu saat Puput seperti dapat menebaknya.

"Stttt!" Puput tergelak. "Makanya jangan keburu panik dulu, sampe nganggep bekas digigit nyamuk aja... bekas gigitan nyamuk aja masih ditanyain. Gini, Ra, cupang itu bisa dibilang kayak memar karena hisapan kuat—"

"Stop! Kenapa ngomongin cupang sih?" ucap Ara malu yang kini mukanya seperti kepiting rebus. Ia kemudian berjalan keluar kelas.

"Ra! Kamu itu terlalu polos!" teriak Puput yang membuat Ara mempercepat langkahnya. "Eh! Jangan tinggalin aku!" ucap Puput terkekeh dan menyusul Ara.

Jadi, ini bekas gigitan nyamuk? Bukan gara-gara Kak Adam? Dan aku dengan bodohnya nuduh Kak Adam ngapa-ngapain aku. Kenapa aku nggak kepikiran, padahal aku tahu ini gatel dari pas bangun. Eh tapi kan aku nggak tahu rasanya dicupang, yakirain gatel kayak digigit nyamuk juga.

Jdukk!

"Aw!" ringis Ara saat menabrak sesuatu. Tidak terasa ia melamun di sepanjang jalan menuju kantin.

Saat ia mendonggak, ternyata ia menabrak punggung seseorang.

Ara terkejut saat seseorang itu menoleh dan menampilkan Adam dengan alis terangkat.

Suara derap langkah kaki dan berhenti di samping Ara membuat Adam dan Ara melihat ke asal suara. Di sana ada Puput yang dengan napas terengah-engah.

"Pak," sapa Puput sedikit canggung.

Adam mengangguk dan menoleh ke arah Ara. "Kalau jalan hati-hati," ucap Adam singkat dan berjalan menjauh.

"Ya ampun, cool banget Pak Adam ya, Ra?" ucap Puput pelan. "Udah ganteng, pinter, cool, paket plus-plus. Aduhaii, pasti seneng yang bisa jadi istrinya. Kebayang nggak sih kalau dia diem-diem posesif terus perhatian gitu ke ceweknya, aaaa, pas cemburu dia diemin ceweknya, terus pas ceweknya nggak peka kalau dia cemburu, dia.... " ucap Puput menggantung kemudian membuat gestur orang berciuman dengan kedua tangan. Hal tersebut sontak saja dihadiahi jitakan Ara.

"Emang dasar ya, imajinasimu itu liar tahu nggak?! Giliran yang mesum-mesum aja langsung connect!" seru Ara kemudian meninggalkan Puput.

"Eh! Kok kamu sensi sih?! Heii! Ara tungguinnn!"

---

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang