Part 1

3.7K 156 14
                                    

Tatapan tajam itu seolah tak bisa beralih dari kaca jendela besar yang memperlihatkan indahnya pemandangan kota Jakarta.

Bayangan masa lalu selalu saja menghantui pikiran seorang gadis.

Ya, gadis itu adalah Reyna.

Saat ini Reyna sedang berada diruangan pribadinya dalam perusahaan.

Ia adalah seorang CEO pada perusahaan yang ia bangun sendiri, dan sekarang perusahaan itu sudah sangat maju. Bahkan banyak perusahaan yang berlomba-lomba ingin bekerja sama dengan perusahaannya.

"Berapa kali harus ku katakan, jangan memikirkan lagi masa lalu itu, Reyna." ujar seorang perempuan yang entah dari mana datangnya.

"Bagaimana pun aku tetap tidak bisa melupakan itu semua." balas Reyna.

"Ya, aku mengerti. Tapi, dengan memikirkan hal itu hanya akan membuatmu gila."

"Aku sudah gila sejak lama," kata Reyna, membuat perempuan yang bersamanya itu terkekeh sebentar.

"Ya ya, aku sampai lupa kalau kamu memang sudah kehilangan akal sehat sejak dulu."

"Ada apa kamu kemari, Lesya?" tanya Reyna.

Lesya adalah tangan kanan Reyna, yang juga adalah sahabatnya sendiri.

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mengunjungimu," jawab Lesya dengan senyumannya.

"Tidak jelas. Urus saja pekerjaanmu, aku ingin sendiri," usir Reyna.

"Baiklah kalau begitu."
"Ah ya, jika kamu membutuhkan mainan, beritahu saja aku. Kebetulan aku baru saja mendapatkan mangsa," kata Lesya dan berlalu dari ruangan Reyna.

Ketika Lesya telah pergi dari ruangannya, pikiran Reyna kembali berputar pada masa lalu nya.

Flashback On (tiga tahun lalu).

Suara tangisan memenuhi sebuah ruangan, tempat Reyna disekap.

"BERHENTILAH MENANGIS ANAK SIALAN!" teriak seorang pria dari luar ruangan itu.

Suara tangisan itu tak kunjung juga berhenti, sehingga membuat pria tersebut semakin emosi.

BRAKK!

Pintu ruangan seketika terbuka sangat keras.

"SUDAH SAYA KATAKAN BERHENTI MENANGIS! KAMU MEMBANGKITKAN AMARAH SAYA! KAMU HARUS DIBERI PELAJARAN!" pria itu mengambil sebuah cambuk, yang memang sudah tersedia dalam ruangan itu.

Satu cambukan berhasil melayang pada kaki mulus Reyna.

"AKKHH!"

Cambukan kedua tepat mengenai pinggang Reyna.

"Am-pun ayah," lirih Reyna, namun sama sekali tak dipedulikan oleh pria tersebut.

Beberapa cambukan telah melayang dengan keras mengenai tubuh gadis malang itu.

Setelah dirasa puas, pria itu yang sialnya adalah ayah kandung Reyna menghentikan aksinya.

"Jangan coba melawan perintah saya lagi. Saya bisa melakukan lebih dari ini," kata lelaki tak berperasaan tersebut, lalu meninggalkan Reyna yang telah terduduk lemas dilantai, dengan keadaan yang mengenaskan.

***

"Apa dia masih menangis?" tanya seorang wanita, yang tak lain adalah ibunda Reyna, bernama Amira.

"Tidak. Aku sudah memberinya pelajaran," jawab ayah Reyna, bernama Richard.

"Baguslah, aku ingin melihatnya," ucap Amira, lalu menuju tempat Reyna.

R E Y N A (NEW VERSION)Where stories live. Discover now