Part 30

92 2 4
                                    

"Bersihkan yang benar." titah Marvin kepada Sam. Jadi Dave dan Sam diberi hukuman oleh Rendy dan Marvin yaitu membersihkan kamar Reyna yang sudah sangat berantakan, bahkan banyak pecahan barang dimana-mana.

"Jangan sampai ada secuil pecahan yang tertinggal, itu bisa melukai kaki Grey." tambah Rendy.

"Iya-iya." sahut Sam malas.
"Bacot bener dari tadi, bantuin enggak malah main perintah-perintah. Emang dasar dua jompo bentar lagi kropos tuh gigi karena bacot." dumel Sam, yang tentu saja dengan suara pelan.

"Sam, mulutmu kenapa begitu? Sudah seperti dukun santet saja kamu."

"Iya bentar lagi kalian semua gue santet," gumam Sam.
"Kecuali Nona Reyna." lanjutnya.

Kurang lebih satu jam, kamar Reyna sudah rapi kembali berkat Dave dan Sam.

"Bagus. Kalian sudah cocok jadi asisten rumah tangga." puji Marvin.

"Dia paling cocok. Wajah dan auranya sangat cocok." tunjuk Dave kepada Sam.

Sam mendengus tak terima. "Lo tuh yang lebih cocok, bego!" kesalnya.

"Memangnya ada masalah dengan pekerjaan asisten rumah tangga? Padahal itu salah satu pekerjaan mulia karena membantu orang lain." timpal Rendy.

"Benar, kalian saja yang terlalu memandang rendah pekerjaan itu." tambah Marvin.

"Dia yang mulai." tunjuk Sam kepada Marvin.

"Diem lo bocah."

"Sudah-sudah, jangan mulai lagi. Ayo kita keluar, nanti Grey terganggu." lerai Rendy dan mengajak mereka untuk keluar dari kamar Reyna.

***

Kini hari sudah berganti pagi. Varo mulai terbangun dari tidurnya dan perlahan mengerjapkan matanya. Penciumannya langsung menangkap bau alkohol yang dirinya konsumsi kemarin.

Kepalanya masih terasa berat, namun lelaki itu tetap bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi.

Setelah beberapa menit, Varo sudah kembali dari kamar mandi dengan tampilan yang lebih segar dari pada tadi. Ia mulai mengenakan pakaiannya lalu menyisir rambutnya.

Semuanya selesai, Varo keluar dari kamarnya menuju lantai bawah mansion pria itu untuk sarapan. Ia memang sudah tidak tinggal lagi di mansion Reyna, karena pecuma saja rasanya sebab gadis itu tak ada disana juga identitas aslinya sudah diketahui.

"Selamat pagi, Tuan," sapa salah satu maid disana.

"Ya. Tolong kalian bersihkan kamar saya, jangan sampai ada bekas dan bau alkohol disana." titah Varo.

"Baiklah, Tuan."

Varo mulai menikmati sarapan paginya dengan tenang.

"Bagus. Setelah mabuk tak sadarkan diri semalam, dan sekarang kamu bisa sarapan dengan santainya. Seharusnya kamu sadar, mengonsumsi alkohol tidak akan membuat masalahmu selesai, Varo." cerocos Arka yang baru saja datang bersama Lesya disampingnya. Sedangkan Varo, pria itu tetap melanjutkan sarapannya tanpa mengiraukan perkataan Arka.

"Hei, kamu mendengarku atau tidak?"

"Tidak." jawaban menusuk dari Varo membuat Arka menarik nafasnya sabar.

"Untung saja kesabaranku besar tak sepertimu." Lesya hanya mampu mengelus lengan sang kekasih.

"Ada apa?" tanya Varo setelah sarapannya selesai. Bahkan ia tak menawarkan sarapan kepada Arka dan Lesya karena lelaki itu tahu jika mereka belum sarapan pasti mereka sendiri yang akan langsung sarapan bersamanya.

"Kita harus bicara, Varo." jawab Lesya.

"Tentang apa?"

"Lebih baik kita mengobrol diruang tamu saja." Varo pun mengangguk menyetujui. Ketiganya berjalan menuju ruang tamu.

R E Y N A (NEW VERSION)Where stories live. Discover now