Part 3

1.1K 89 2
                                    

Fokus dan teliti, itu yang sekarang dilakukan Reyna didepan komputernya.

Hingga satu setengah jam kemudian, gadis itu mendapatkan apa yang dicarinya.

"Akhirnya aku menemukan Identitas lengkapnya. Tapi, mengapa foto dirinya tidak juga ditemukan?" gumam Reyna, sambil memandangi layar komputernya yang memperlihatkan identitas diri seseorang.

"Tapi tidak masalah. Yang terpenting, aku sudah menemukan tempat tinggalnya. Ini hal mudah untukku," gumam Reyna lagi, lalu menyeringai.

Reyna segera mengambil ponselnya, lalu menghubungi Lesya.

"Halo, kenapa Rey? Kamu membutuhkan mainan?" tanya Lesya dari seberang sana.

"Tidak. Besok ikut aku, jam delapan pagi. Tidak boleh terlambat."

"Memangnya kita akan kemana?"

"Ikuti saja perintahku Lesya, kamu akan mengetahuinya besok."

"Baiklah, besok aku akan datang tepat waktu. Dan aku juga akan sarapan dimansion mu, Rey."
"Yasudah, ada lagi yang ingin dibicarakan ketuaku yang terhormat?" tanya Lesya, memakai embel-embel ketua.

"Tidak." Reyna pun langsung memutuskan sambungan telepon nya dengan Lesya, sebelum sahabatnya itu banyak bicara.

***

"Dia mencariku," gumam seorang pria, dengan senyum misteriusnya, sambil menatap layar komputernya.

Pria itu pun segera menghubungi seseorang.

"Besok pagi-pagi sekali kamu datang ke tempat biasa. Dia sudah mengetahui keberadaanku." to the point pria tersebut kepada seseorang diseberang sana.

"Benarkah? Mengapa secepat itu?"

"Sudah kukatakan dia gadis yang cerdas, baginya ini sangat mudah."

"Hmm, mengagumkan sekali. Aku sudah tidak sabar bertemu dengannya besok. Kalau bisa aku ingin merayunya sedikit."

"Coba saja. Tapi jangan menyalahkanku jika tanganmu menghilang," kata lelaki itu, tak suka dengan ucapan seseorang yang sedang berbicara dengannya lewat telepon.

Lalu, terdengar suara tertawa diseberang sana.

"Astaga, kamu posesif sekali. Tenanglah, aku hanya bercanda brother."

"Tidak lucu." karena kesal, lelaki itu langsung mematikan sambungan teleponnya sepihak.

"Aku harus terus mengawasi mereka besok. Bisa-bisa orang gila itu mengambil kesempatan dalam kesempitan kepadanya. Oh tidak! Tidak akan kubiarkan."

***

Pagi telah tiba, Reyna telah siap dengan pakaian serba hitamnya, yang membuat aura kecantikan dalam diri gadis itu semakin terpancar. Ia memang sangat menyukai warna hitam. Kamar serta isi kamarnya saja berwarna hitam putih.

Reyna melirik jam tangannya, yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

Ia pun memilih turun kebawah, untuk sarapan terlebih dahulu. Ketika sampai dimeja makan, disana sudah terlihat Lesya sedang menikmati sarapannya dengan lahap.

"Ekhem," dehem Reyna, yang membuat fokus Lesya teralihkan dari sarapan nikmatnya.

"Good morning Rey! Ayo sarapan. Maaf aku sarapan lebih dulu. Kamu tahu sendiri kan, diapartemenku hanya ada aku sendiri. Jadi sudah lama aku tidak makan makanan enak," ucap Lesya sembari tersenyum, membuat Reyna menatapnya jengah.

Reyna pun memilih untuk duduk, lalu mengambil roti bakar yang sudah disiapkan khusus untuknya, lengkap dengan secangkir cappuccino coffee. Ia memang tidak memakan makanan berat disaat sarapan. Sungguh sangat bertolak belakang dengan Lesya. Bahkan piring gadis itu telah dipenuhi oleh sepiring nasi putih, serta berbagai macam lauk diatasnya.

R E Y N A (NEW VERSION)Where stories live. Discover now