Part 20

89 3 0
                                    

Pagi hari telah tiba. Saat ini Rendy akan sarapan bersama Ayah dan Bundanya.

"Rendy, kamu ingin sarapan apa?" tanya Amira, ketika melihat sang anak telah berada diruang makan.

"Aku ingin roti bakar saja," jawab Rendy.

Sarapan pagi mereka berjalan dengan tenang sampai selesai.

"Bagaimana Rendy? Apakah kamu sudah mulai mendapatkan buktinya?" tanya Richard.

"Ya, kurasa aku sudah mulai menemukannya." jawab Rendy.

Richard pun terkekeh di tempatnya. "Rendy, kamu tidak akan mendapatkan bukti apapun. Karena dia memang bukan anak Ayah dan Bunda."

"Kita lihat saja nanti."
"Aku pergi dulu." Rendy langsung beranjak dari meja makan.

"Dasar keras kepala," gumam Richard.

"Aku takut dengan perjanjian itu," kata Amira akhirnya.

Richard langsung menoleh kearah istrinya. "Hei, seharusnya kita bersenang-senang karena sebentar lagi kita akan lebih kaya dari sekarang."

"Tapi, jika yang terjadi bukan seperti itu, bagaimana?" tanya Amira.

"Kamu jangan berpikir seperti itu. Yakinlah, jika anak yang telah meninggal 3 tahun lalu itu bukan anak kita."

***

"Selamat pagi, Opa. Ada apa?" tanya Reyna, setelah tersambung dengan sambungan telepon Opa Albert.

"Rey, ada yang ingin Opa bicarakan tentang Rendy kepadamu. Datanglah ke mansion Opa."

"Baiklah Opa, aku akan segera kesana."

Reyna baru saja selesai sarapan bersama Azka.

"Nona ingin kemana?" tanya Azka.

"Saya ingin ke mansion Opa Albert. Dan kamu ikut saya."

"Baiklah, saya akan bersiap sebentar." Reyna mengangguk, lalu segera menuju kamarnya untuk bersiap juga.

Beberapa menit kemudian, Reyna telah siap dengan pakaian serba hitamnya, begitu juga dengan Azka. Mereka terlihat sangat serasi.

"Kita tidak usah pakai supir. Kamu saja yang menyetir." kata Reyna.

"Baik, Nona."

Setelah mobil sudah siap, Reyna langsung masuk ke dalam. Ia duduk didepan bersama Azka. Tentu saja hal tersebut membuat Azka heran.

"Maaf, Nona. Apakah Nona tidak merasa risih jika duduk disamping saya?" tanya Azka.

"Tidak. Kita sudah sering duduk bersebelahan, bukan? Mulai sekarang jangan terlalu formal, karena saya sudah mulai menganggapmu teman saya."
"Ah ya, dan juga mulai sekarang jangan memanggil saya Nona lagi. Panggil saja nama saya."

Senyum Azka langsung merekah begitu saja. Ia sungguh bahagia.

Ternyata benar kata Opa. Kedatangan Rendy dalam hidup Reyna juga berdampak bagi sikap Reyna terhadapku. - batin Azka.

"Baiklah, Rey." kata Azka dengan senyumannya.

"Emm, jika saya-kamu diganti aku-kamu, boleh?" tanya Azka lagi. Sebagai jawaban, Reyna mengangguk sembari tersenyum tipis.

Sungguh, dia berubah 180°. - batin Azka.

"Okay! kita jalan sekarang, Rey?" tanya Azka masih dengan senyumnya.

"Of course." jawab Reyna dengan senyum manisnya.

Selama perjalanan menuju mansion Opa Albert, Azka sesekali mengajak Reyna mengobrol yang direspon baik oleh gadis itu. Bahkan terkadang keduanya tertawa karena lelucon yang dibuat oleh Azka.

R E Y N A (NEW VERSION)Where stories live. Discover now