Part 18

109 4 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.55 siang.

“Rey, dia sudah diperjalanan. Mungkin akan tiba setengah jam lagi.” ujar Opa Albert, setelah mendapat kabar dari Rendy.

“Baiklah, Opa.”

Reyna pun memanggil Elle melalui tombol yang berada diruang tamu.

Tak lama kemudian, Elle datang.

“Bagaimana, Elle? Apakah semua sudah siap?” tanya Reyna.

“Semua masakan dan dessert sudah siap Nona, dan sedang ditata dimeja makan.” jawab Elle.

“Bagus. Kurang lebih setengah jam, semua sudah siap. Tidak boleh ada yang kurang.”

“Baik, Nona.”

“Silahkan kembali bekerja.”

“Ya, Nona. Permisi.” pamit Elle.

“Kamu sangat antusias, Rey.” kata opa Albert sembari tersenyum.

“Ya, Opa. Ini adalah salah satu hal yang ku nanti.”

Hingga, setengah jam kemudian.

“Permisi, semua. Diluar ada seorang pria, dia berkata disuruh Tuan Albert kesini.” ujar anak buah Reyna yang menjaga mansion nya.

“Pasti itu dia.” kata Opa Albert.

“Bawa dia masuk.” perintah Reyna.

“Baik, Nona. Permisi.”

Tak lama kemudian, datanglah seorang pria tampan dengan setelan casual nya.

Rendy? Jadi dia orang yang ditunggu.- batin Azka.

“Rendy, akhirnya kamu datang.” ucap Opa Albert dan berdiri dari duduknya. Begitu juga dengan Reyna dan Azka.

“Ya Opa, aku pasti datang.” kata Rendy dengan senyumnya.

Pandangan Reyna tak lepas dari Rendy. Ia menatap Kakaknya itu dengan intens.

Bahagia.

Satu kata yang bisa menggambarkan Reyna saat ini.

Tak terasa, bulir air mata mulai mengalir diwajah cantik itu.

Tatapan Rendy beralih menatap Reyna.

Rasa yang dulu sempat hilang, kini kembali.

Siapa dia? Mengapa aku seperti melihat Adikku? - batin Rendy.

Tanpa aba-aba, Reyna langsung memeluk Rendy.

Tentu saja hal tersebut membuat Rendy terkejut. Namun, ia merasa sangat nyaman dalam pelukan itu.

“Kak, aku rindu.” tiga kata yang membuat jantung Rendy berdebar tak karuan.

“K-kak?” ulang Rendy tak percaya dengan panggilan yang baru saja ia dengar.

Long time no see. Itʼs me, your sister is here.” kata Reyna tanpa melepaskan pelukannya.

“Pasti ini hanya halusinasi. Ini tidak mungkin.” balas Rendy, dan melepaskan pelukan tersebut. Tangannya membingkai wajah Reyna.

“Katakan, kamu siapa? Ini hanya halusinasiku saja, kan?” tanya Rendy masih menatap wajah itu dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.

No. Itʼs me, Greyna.” Reyna masih mencoba meyakinkan Rendy.

“G-grey? Kamu masih hidup?” Rendy masih tak menyangka.

“Ya.” jawab Reyna sembari tersenyum.

Rendy langsung memeluk Adiknya dengan erat, seakan-akan jika dilepas Reyna akan kembali hilang.

R E Y N A (NEW VERSION)Where stories live. Discover now