Part 16

117 4 0
                                    

Saat ini, Rendy sudah kembali dari hutan. Ia membawa kartu yang ia dapat dari Helly. Ya, walaupun terjadi sebuah pemaksaan untuk mendapati kartu itu.

Ia meneliti kartu tersebut.

Hingga,

Tok.. Tok.. Tok..

Pemuda itu segera menyembunyikan kartu itu dibawah bantalnya.

"Rendy," panggil Amira.

"Ya, sebentar." Rendy pun membuka pintu kamarnya. Pemandangan yang Rendy lihat yaitu raut wajah Amira yang tak biasa. Wanita itu tampak khawatir, namun ia tetap mencoba untuk tenang.

"Ada apa?" tanya Rendy.

"Ada yang ingin Bunda bicarakan denganmu, Rendy." kata Amira.

"Apa?"

"Ikut Bunda." Amira berjalan mendahului Rendy.

Sedangkan Rendy, ia hanya mengikuti bundanya.

Sampailah mereka dikamar Amira dan Richard.

"Mengapa Bunda mengajakku kesini?"

Amira tak menjawab pertanyaan Rendy, ia berjalan menuju nakas disamping tempat tidur, lalu mengambil sebuah kotak berwarna cokelat.

"Rendy, Ayahmu baru saja membuat perjanjian."

"Perjanjian? Apa maksudnya?"

"Tadi, ada seorang pria datang kesini. Katanya pria itu satu organisasi dengan orang bertopeng yang memberikan bukti jika anak yang telah Ayah dan Bunda jaga selama 17 tahun adalah anak dari musuh yang sudah menghabisi anak kandung Bunda dan Ayah. Hanya bedanya pria yang datang tadi tidak memakai topeng,"

"Lalu, pria itu mengatakan jika ia telah mengetahui rencanamu ingin mencari bukti bahwa yang telah kita bunuh adalah Grey, anak kandung Bunda dan Ayah. Dia membuat perjanjian jika anak itu bukan Grey, maka ia akan memberikan kita kekayaan dua kali lipat dari yang kita punya sekarang. Tapi, jika anak itu adalah Grey, maka Ayah dan Bunda harus memberikan-" Amira tak mampu melanjutkan perkataannya, hingga tak sadar air matanya telah mengalir.

"Memberikan apa, Bun?" tanya Rendy penasaran.

"Kita harus mem-berikan kepala-mu." jawab Amira terbata-bata.

Deg.

Sungguh Rendy sangat terkejut. Apakah keluarganya sedang dipermainkan?

"Dan, Ayah setuju. Karena dia sangat yakin jika anak itu bukan Grey."

Rendy langsung merubah raut wajahnya. Ia menatap Amira dengan tatapan datarnya.

"Mengapa Bunda khawatir? Bukannya Bunda sangat yakin jika anak itu bukanlah Grey?"

Entah apa yang terjadi pada diriku. Mengapa aku menjadi ragu? - batin Amira.

"Bunda takut, Rendy."

Rendy pun tertawa mendengar pengakuan bundanya.

"Itu artinya Bunda mulai ragu. Bunda mulai menyadari jika dia sebenarnya anak Bunda."
"Apakah ikatan batin Bunda dengan Grey tidak Bunda rasakan? Apakah Bunda tidak merasa kehilangan ketika Grey meninggal tiga tahun lalu?" tanya Rendy.

"Bunda memang merasakan kehilangan, tapi Bunda rasa itu bukan untuk anak yang telah kita bunuh 3 tahun lalu. Rasa kehilangan itu untuk anak yang telah meninggal karena dibunuh oleh musuh kita pada 20 tahun lalu." kata Amira.

"Ya. Tepat seperti apa yang dulu aku rasakan."
"Jangan naif Bunda. 3 tahun lalu kita sedang dibutai oleh amarah dan kita bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu."

R E Y N A (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang