Part 2

1.4K 102 7
                                    

"ARRGGHH!"
"MENGAPA SAMPAI SEKARANG AKU BELUM JUGA BISA MENEMUKAN BASTARD ITU?!" teriak Reyna.

Gadis itupun segera mengambil benda pipih yang berada diatas meja kerjanya, lalu menghubungi seseorang.

"Halo Rey, ada apa?"
"Padahal baru saja aku mengunjungimu, tapi kamu sudah meneleponku. Jangan terlalu rindu kepadaku Rey, rindu itu berat," kata seorang perempuan, siapa lagi jika bukan Lesya. Ya, Reyna menghubungi sahabatnya itu.

"Aku membutuhkannya sekarang," balas Reyna, tanpa mempedulikan ucapan Lesya, yang menurutnya hanya omong kosong.

"Baiklah, lima menit lagi semua sudah siap," ucap Lesya, dan Reyna langsung mematikan sambungan teleponnya.

***

Tibalah seorang Reyna disuatu tempat, lebih tepatnya dalam ruangan dengan penerangan yang minim.

Hanya bau amis darah yang memenuhi ruangan itu.

Sampai akhirnya, Reyna menemukan apa yang ia cari.

Pria dengan tubuh yang telah babak belur, kini tengah terduduk lemas pada lantai ruangan minim cahaya itu.

Reyna mendekat, lalu mengangkat kepala pria itu yang tengah menunduk.

"S-siapa kamu?" tanya pria tersebut.

"Orang baik." singkat Reyna dengan tatapan tajamnya.

Seketika mata pria itu berbinar, karena ia menganggap Reyna adalah penolongnya.

"Kamu ingin menolong saya?" tanya pria itu lagi.

"Ya."

Tanpa berlama-lama lagi, Reyna mengambil lengan pria itu, dan menggenggamnya lembut. Reyna menyeringai, lalu mengeluarkan pisau andalannya.

"AAKKHH!" teriak pria tersebut ketika Reyna mulai memotong jari-jari lengannya, layaknya memotong bawang.

"K-katamu ingin menolong s-saya, t-tapi mengapa kamu la-kukan ini?" lagi-lagi Reyna menyeringai, lalu mendekatkan wajahnya pada wajah babak belur pria itu.

"Ya, saya memang akan menolongmu–"
"Untuk segera bertemu dengan Tuhan. Sungguh baik bukan?" lanjut Reyna masih dengan senyum iblisnya.

"K-kamu gila! Perempuan tak waras! Saya tidak mempunyai masa-lah denganmu!" pria itu mencoba untuk berteriak, namun suaranya seakan sudah tak mampu lagi untuk berteriak.

"Kamu memang tidak mempunyai masalah sedikitpun dengan saya, Tuan. Tetapi, kamu adalah masalah untuk orang lain. Kamu menggelapkan dana dimana-mana, dan saya akui kamu cukup hebat menyembunyikan perbuatan busukmu itu."

"Jadi disini, saya hanya membantu orang-orang yang sudah kamu rugikan, untuk menyingkirkan sampah sepertimu."

"Yasudah, tak perlu berlama-lama lagi, kita langsung mulai saja."

Langkah pertama, Reyna menggores leher pria itu, sampai darah segar keluar dengan deras dari goresan yang Reyna berikan.

"S-sakit," lirih pria tersebut.

Setelah puas dengan leher, Reyna beralih pada wajah lebam pria itu.

Gadis itu merobek bibir yang sedari tadi merintih kesakitan. Selanjutnya, Reyna beralih pada dua bola mata yang juga telah mengeluarkan air mata kesakitan.

"Hey, donʼt cry. Ini hanya sedikit bermain, okay?" suara lembut Reyna terdengar sangat mengerikan.

Sekali tusukan, pisau tajam milik Reyna itu sudah tertanam pada bola mata bagian kiri pria tersebut. Lalu, Reyna segera menarik pisau itu, diikuti bola mata yang masih tertanam pada ujung pisau.

R E Y N A (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang