Part 32

96 0 0
                                    

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Marvin dengan raut wajah datarnya. Pria itu baru saja sadar dari pingsannya setelah disuntik oleh Arka tanpa diketahuinya. Sekarang ia sudah bersama Arka dan Lesya didalam ruangan.

"Tenanglah Marvin, kita tak akan membunuhmu. Kamu akan keluar ketika Reyna juga sudah dibebaskan." jawab Lesya.

"Dasar penipu. Lawan berkedok kawan." sarkas Marvin.

"Jaga bicaramu!" bentak Arka.

"Sudah, Arka. Biarkan saja," kata Lesya menenangkan.

"Dimana Ketua? Apa yang kalian lakukan padanya, hah?!"

"Kita tak melakukan apapun kepada Reyna. Lebih tepatnya bukan kita, tapi Varo." jawab Arka.

"Wow! Sangat menakjubkan, kumpulan penipu sedang bekerja sama rupanya."
"Kenapa? Kamu tak berani melawan Reyna sendiri? Oh ya, maaf Lesya saya lupa kalau kamu sedang hamil. Ehm, tepatnya hamil diluar nikah." ejek Marvin.

"Brengsek!" Arka maju mendekat ke arah Marvin lalu melayangkan satu pukulan diwajah pria itu.

Tentu saja Marvin tak tinggal diam, ia juga membalas pukulan Arka bahkan lebih dahsyat. Jangan lupakan jika Marvin anggota Diamond Dark yang berarti melawan Arka, tak ada apa-apanya baginya.

Lesya yang melihat kekasihnya kalah telak, langsung menghentikan perkelahian kedua pria itu. "STOP!" teriaknya.

Perempuan itu langsung menuntun Arka untuk duduk. Marvin pun menatap remeh pria tersebut.

***

Reyna masih berada dikamar Varo setelah kegiatan mandi bersama mereka. Tentu saja hanya mandi, tidak melakukan hal lain karena kewanitaannya masih perih. Walau sebenarnya Varo sudah sangat ingin menerkam wanita itu kembali karena tubuh Reyna sangat seksi dimatanya.

Harga diri yang dijunjung Reyna dengan tinggi rasanya sudah tak berarti lagi didepan pria itu. Marah. Hanya itu yang dirasa oleh wanita tersebut.

Sialnya lagi, perut Reyna sudah beronta-ronta menginginkan makanan.

"Ayo makan malam dibawah," ajak Varo seakan mengetahui isi pikiran Reyna.

Walaupun sudah sangat lapar, Reyna tetap gengsi. Ia hanya diam tak menanggapi ajakan Varo.

"Rey, nanti kamu sakit. Ayo kita makan," ajak Varo sekali lagi.

Dia pikir aku perempuan lemah yang akan sakit hanya karena tak makan malam? Cih! - batin Reyna.

"Yasudah, tunggu sebentar." Varo langsung beranjak keluar dari kamarnya, namun ia kembali mengunci pintu kamarnya dari luar.

Okay, Reyna. Sekarang ayo berpikir bagaimana caranya kamu bisa keluar dari sini dan bebas dari pria gila itu. - batin Reyna.

Varo turun kebawah dan menghampiri meja makan yang sudah terdapat banyak hidangan sesuai permintaan pria itu.

"Selamat malam, Tuan." Varo hanya mengangguk menanggapi ucapan salah satu maid nya.

"Ambilkan saya nampan." titah lelaki itu yang langsung dituruti.

Tak lama kemudian nampan yang dibutuhkan Varo sudah ada. Ia mulai menyendokkan nasi dan beberapa lauk kedalam piring lalu meletakkannya diatas nampan beserta segelas air putih.

Varo kembali ke kamarnya dengan nampan ditangannya lalu menghampiri Reyna yang sedang duduk disofa kamar.

"Ayo makan dulu, Rey."

Reyna hanya menoleh sekilas setelah itu kembali mengarahkan pandangannya kepada kaca jendela besar yang berada dikamar Varo. Gadis itu lebih memilih memandang pemandangan malam kota Jakarta, walau sebenarnya ia sudah sangat ingin melahap makanan itu setelah mencium aromanya yang begitu menggiurkan. Gengsinya terlalu tinggi.

R E Y N A (NEW VERSION)Where stories live. Discover now