02 - Arnav Rindu

3.2K 367 32
                                    

"Purnama yang kirana duduk tenang di pangkuan gelapnya nabastala. Menjadi teman seorang pria kecil yang mulai menabung lukanya."

- Arnav dan Lautan -
.

.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Cakrawala terlihat begitu cerah dengan gerombolan-gerombolan mega putih yang terlihat seperti kumpulan kapas. Udara juga terasa sangat sejuk sebab belum tercemar dengan asap kendaraan. Pandu mengayuh sepedanya dengan penuh senyum setelah berpamitan pada mama dan Arnav. Ia begitu menikmati perjalanan bersama dengan sarayu yang menerpa wajahnya.

Satu tahun berjalan setelah meninggalnya sang ayah yang terjadi begitu tiba-tiba. Pandu sudah menerima kepergian itu dengan lapang dada. Tak mudah memang harus menerima kenyataan hidup menjadi anak yatim, tapi ia bersyukur sebab masih ada sosok mama yang selalu ada di sisinya.

PYARR

Piring keramik berisi tumis kangkung itu pecah berserakan di atas lantai. Seorang bocah dengan seragam barunya itu lantas berjongkok berniat untuk membereskan kekacauan yang telah ia lakukan. Baru akan memungut pecahan piring ia dikagetkan dengan kehadiran perempuan yang mulai ia takuti semenjak kepergian sang paman.

"DASAR BOCAH NAKAL!" Seru Sukma lantas mendekati Arnav.

Tanpa ragu perempuan itu kemudian menarik telinga keponakannya hingga bocah itu berdiri karena merasa kesakitan. Itu sudah biasa Arnav rasakan, tapi rasanya tetap saja menyakitkan.

"HEH! KAMU PIKIR MASAK ITU NGGAK CAPEK, IYA? INI JUGA DIBELI DENGAN UANG! KAMU PIKIR SAYA ORANG KAYA SAMPAI BISA SECEROBOH INI MEMBUANG-BUANG MAKANAN, HM?" lanjut Sukma masih dengan menjewer Arnav.

"KAMU ITU CUMA NUMPANG DI SINI, JADI JANGAN BANYAK TINGKAH!"

"Ma-af, Ma... Ampun, sakit..." cicit Arnav seraya memegangi telinganya yang sudah memerah.

"JANGAN PANGGIL SAYA MAMA! SAYA BUKAN MAMA KAMU, PANGGIL SAYA TANTE!" bentak Sukma.

"I-ya... Maaf, Tante... Arnav tidak sengaja," balas Arnav dengan suara yang bergetar.

Waktu itu saat Pandu bilang bahwa Sukma juga boleh dianggap sebagai mamanya hati Arnav begitu bahagia. Tapi, sepertinya Sukma tidak suka jika Arnav memanggilnya dengan sebutan 'mama'. Cukup kecewa, tapi mau bagaimana pun Sukma memang bukanlah ibunya. Seharusnya dia memang tak memanggil orang dengan sebutan seenaknya.

"Sebagai hukumannya kamu harus menjual donat-donat itu sampai habis. Jika tidak, kamu belum boleh pulang, mengerti?" ucap Sukma dengan suara satu oktaf lebih rendah.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang