08 - Nara

1.9K 309 76
                                    

"Ia wanodya penuh lara yang hampir kehilangan asa. Bertahan sebab peluk dan kata yang sebelumnya tak pernah ia rasa."

- Arnav dan Lautan -

.
.
.
.
.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

“Lo gila, Chi?” Arnav memasang ekspresi tak percaya.

“Kenapa? Nggak pernah liat orang makan ginian?” tanya Chio seraya mengecap benda asin tersebut.

“Mulutnya asem kalau nggak makan micin,” sela Arga.

“Ya, tapi nggak Royco juga kali. Orang tuh kalau mulutnya asem biasanya nyebat, ini kenapa gadoin Royco sih?” balas Arnav.

“Ya udah sih. Gue makan micin tiap hari juga nggak goblok tuh. Buktinya gue selalu masuk tiga besar terus,” ucap Chio membela dirinya sendiri.

"Nih kalo pingin," lanjut Chio seraya melempar dua sachet Royco rasa sapi.

Ya, ucapan Chio memang benar. Walaupun setiap hari menghabiskan setengah bungkus Royco sebagai pengganti rokok, tapi itu sama sekali tak mempengaruhi otaknya. Ia tetap mampu memahami pelajaran dengan baik, bahkan ia termasuk deretan siswa pintar di sekolah. Chio juga sering mengikuti lomba sains untuk mewakili SMA Anggraloka hingga menyabet gelar juara.

Sempat terbang ke alam mimpi selama 45 menit, empat siswa itu membuka matanya saat mendengar bel terindah di sekolah ini berbunyi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sempat terbang ke alam mimpi selama 45 menit, empat siswa itu membuka matanya saat mendengar bel terindah di sekolah ini berbunyi. Apalagi kalau bukan bel pulang sekolah. Mereka lantas ke luar dari ruang rahasia itu setelah beberapa menit mengumpulkan nyawa.

Arnav berpisah dengan Chio dan kawan-kawan di gerbang sekolah. Pria itu berjalan menuju halte setelah menolak tawaran Chio untuk mengantarnya pulang. Merasa bosan sebab bus yang ia tunggu tak kunjung datang, Arnav memutuskan untuk berjalan kaki seraya menikmati hari yang hampir sore.

Tes

“Gerimis,” gumam Arnav seraya mendongakkan kepala melihat ke arah langit yang mulai menggelap sebab tertutup awan kelabu.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Where stories live. Discover now