15 - Balap Motor

1.2K 227 70
                                    

Terima kasih yang masih menunggu cerita ini^^

Janlup VOMEN-nya biar Mocca semangat namatin Arnav

Mohon bantuannya juga untuk share cerita Mocca ke teman yang lain ya hehe

Happy reading~

.
.
.
.
.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

Gelapnya nabastala jadi atap seorang wanodya yang tengah sibuk melamun. Tak terusik saat daksanya dipeluk semilir anila yang kian detik kian membekukan. Menatap luasnya angkasa, netranya memandang rembulan yang tengah bercengkerama bersama sebuah bintang. Bersama sedikit nyeri yang menjalar di dadanya ia berucap, “Mama, Nara Rindu.”

Seorang perempuan paruh baya dengan rok bermotif batik dan rambut yang digelung berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri anak tuannya. Dengan napas yang terengah-engah, perempuan yang biasa dipanggil “Bi Iyun” itu menyampaikan sebuah pesan pada gadis yang sudah ia rawat sejak kecil.

“Non Nara dipanggil Tuan. Ayok cepat, sepertinya Tuan sedang marah.” Ucap Bi Iyun lalu menggandeng tangan Nara masuk ke dalam rumah.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, takut mengapa tiba-tiba Romi memanggilnya dalam keadaan marah. Bi Iyun meninggalkan Nara sesampainya di ruang tamu. Di sana juga ada Sandra yang diam di samping Romi.

“Ada apa, Pa?” tanya Nara hati-hati.

Romi membalikkan badan untuk memandang wajah putrinya. Tangannya ia lipat di depan dada membuat kesan yang lebih menakutkan bagi anaknya.

“Kemarin saat Papa pergi, kamu main sampai malam sama siapa?” tanya Romi dingin membuat Nara membulatkan matanya. Bagaimana bisa Romi tahu ia pergi dengan Arnav?

“Pa...” lirih Nara.

“Jawab! Siapa pria itu?” tanya Romi lagi dengan suara satu oktaf lebih tinggi.

“Maaf, Pa. Kemarin Nara hanya ingin melihat matahari terbenam saja. Nara janji tidak akan mengulanginya lagi,” jawab Nara.

“Siapa nama laki-laki itu, Nara?” tanya Romi lagi. Nara diam, ia tak mau menyebutkan nama Arnav sebab takut papanya akan berbuat hal buruk.

“Kamu pilih kasih tau nama dia atau pilih rencana papa waktu itu?” Romi memberikan pilihan berat bagi Nara.

Gadis itu memandang wajah Romi dengan nanar. Setelah mengumpulkan keberanian untuk menentukan pilihan, akhirnya Nara membuka suaranya lagi.

“Arnav. Nama dia Arnav, Pa. Nara mohon jangan lakukan hal apapun pada Arnav. Dia nggak salah. Dia cuma mau nemenin Nara pergi aja, Pa.” Ucap Nara lalu memegang tangan Romi memohon agar tak berbuat sesuatu pada Arnav.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Where stories live. Discover now