21 - Ragam Tingkah Anak Arnav

1.2K 210 52
                                    

Mau bilang lagi kalau Mocca suka banget bacain komentar kalian:"

Luv se-hektar buat kalian yang udah VOMEN + share cerita-cerita Mocca💚

Nggak tau akan sampai berapa BAB, tapi semoga bisa tamat dengan baik.

Makasih ya yang masih setia baca^^

Happy reading guys~

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Di teriknya siang empat remaja yang baru saja selesai mengerjakan tugas kelompok di salah satu rumah teman menghentikan kendaraannya. Mereka turun lantas berjalan menuju sebuah gerobak es campur. Panasnya cuaca membuat kerongkongan terasa begitu kering. Semangkuk minuman itu pasti bisa mendinginkan tubuh.

Kini empat porsi es sudah mendarat di atas meja dan siap disantap oleh para pemiliknya. Di tengah-tengah asiknya menikmati minuman dingin itu mata Arnav menangkap sebuah pemandangan sendu. Di seberang jalan ada seorang pria paruh baya yang tengah termenung di trotoar dengan setumpuk koran-koran.

"Zu! Mau ke mana?" tanya Arga melihat Arnav berlari ke arah jalanan.

Bisa di lihat dari kejauhan Arnav mendatangi pria paruh baya itu dan menyapanya dengan begitu hangat. Tak lama kemudian Arnav kembali bersamanya. Arnav menyuruh pria yang diketahui bernama Yasin itu duduk lantas memesan satu porsi es campur lagi.

"Ini Pak, dimakan dulu. Cuaca panas gini enaknya makan yang seger-seger," ucap Arnav saat pesanannya datang.

"Aduh, Mas. Kok saya malah bikin repot," balas pria berusia 60-an tahun itu.

"Nggak repot kok, Pak. Ayok silakan dimakan, kita makan bareng biar tambah nikmat." Ucap Arnav lantas kembali menyeruput esnya.

Yasin tersenyum lebar saat Chio, Arga, dan Alex ikut memberikan respon yang ramah. Detik berikutnya ia memakan es campur dengan begitu lahap. Arnav memandang pria itu dengan nanar. Tangan keriput yang gemetar saat memegang sendok itu masih digunakan juga untuk membawa banyak tumpukan koran. Ditawarkan ke sana ke mari dan belum tentu banyak yang beli.

"Jualan dari jam berapa Pak?" tanya Arga ramah.

"Dari jam 6 tadi, Mas." Jawab Yasin lantas kembali menyeruput es.

"Kok masih banyak?" tanya Alex membuat pria itu menghela napas.

"Akhir-akhir ini dagangan saya memang jarang ada yang beli. Padahal saya sudah berangkat sangat pagi dari rumah. Berharap cepat habis biar bisa pulang tidak terlalu sore," jawabnya.

"Maaf, Pak. Tapi, kenapa masih kerja di usia sekarang? Anaknya ke mana?" tanya Chio sopan.

"Saya punya dua anak perempuan. Semuanya sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di luar kota. Saya cuma tinggal dengan satu cucu saya yang sakit-sakitan, istri saya juga sudah meninggal sejak tiga tahun yang lalu." Jelas Yasin lalu tersenyum kecut.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang