27 - Pasir Pantai

1.1K 202 70
                                    

"Ribuan kalimat yang ku tulis tak akan pernah mampu menyampaikan rasa rindu ini hingga seluruhnya terlepas. Hanya temu dan dekap yang mampu membayarnya dengan tuntas."

- Arnav dan Lautan -

Makasih banyak buat kalian yang masih menanti dan membaca tulisan mocca^^

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Makasih banyak buat kalian yang masih menanti dan membaca tulisan mocca^^

Ayok ajak teman-temannya untuk mengunjungi lapak Mocca yang belum rame ini huhu

VOMEN juseyo, itu sangat berarti buat Mocca. Boom komen juga boleh suerr:)

Yang belum baca Dear Renza atau Lakara Bunda buruan deh, dijamin nggak nyesel wkwkw

Oke cut! Happy reading guys

.
.
.
.
.


Sepekan sudah pernikahan paksa ini berjalan dengan penuh sesak. Walau berat Nara tetap menjalaninya, karena bagaimanapun juga tak ada hal yang bisa ia lakukan lagi. Hidupnya benar-benar sudah menjadi milik Romi. Apapun yang Romi ingin lakukan, ia hanya bisa menerima. Pria itu juga meminta Nara dan Reksa untuk tetap tinggal di rumahnya sampai gadis itu lulus SMA. Setelahnya Reksa baru boleh membawa Nara untuk tinggal sendiri.

Kini Nara sudah berada di dalam mobil bersama Reksa. Mereka akan mengunjungi sebuah restoran bintang lima yang sudah Romi pesan. Hening, seperti biasa tak ada suara radio atau percakapan di antara Nara dan Reksa. Pria itu begitu dingin dan tak banyak bicara. Sangat berbeda dengan Arnav yang begitu hangat dan nyaman dijadikan tempat untuk bercerita.

Dua puluh menit dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat mewah ini. Dengan simple dress warna hitam Nara turun dan berjalan beriringan dengan pria berjas navy yang selalu tampak gagah. Keduanya lantas duduk di sebuah tempat yang sudah Romi persiapkan.

Beberapa saat setelah mereka duduk beberapa pelayan datang membawa banyak makanan. Keduanya lantas mulai makan malam ditemani iringan musik dari para pemain biola.

Seperti biasa, Nara tidak bisa makan tanpa tercecer. Sekuat apapun perempuan itu berusaha untuk mengendalikan dirinya ia tetap tidak mampu. Reksa sudah mulai terlihat jengah melihat pemandangan di depannya.

"Kalau tidak bisa makan, berhentilah." Ucap Reksa dingin lantas melanjutkan makannya.

Nara praktis meletakkan kembali garpu di piring dan memilih untuk tak makan. Merasa haus perempuan itu berniat ingin mengambil gelas di depannya. Sebab tak berhati-hati dalam mengambil gelas, tangannya tak sengaja menyenggol sebuah lilin hias membuat meja makan hampir terbakar. Untung saja Reksa mampu memadamkan api dengan cepat.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora