11 - Gadis Spesial

1.6K 261 37
                                    

"Kekuranganmu itu pembeda. Jangan samakan dirimu dengan yang lain, sebab Tuhan ingin keistimewaan itu hanya ada padamu."

- Arnav dan Lautan -
.
.
.
.
.

- Arnav dan Lautan -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

Langit begitu cerah bersama semilir angin yang mampu membuat para siswa terbang ke alam mimpinya. Bel istirahat kedua berbunyi menandakan dimulainya hukuman yang diterima Arnav dan kawan-kawan. Ketiga remaja itu mendapat hukuman membersihkan seluruh kamar mandi sekolah. Bukan hal asing bagi Alex dan Arga, tapi ini adalah hal baru bagi Arnav.

"Semangat bestie-bestie gue. Yang bersih, ya." Ledek Chio lantas tergelak.

"Binyik bicit yi kamu," balas Arga.

"Akhh hahah akhh haa," Chio semakin tergelak dengan suara tawa khas miliknya.

Dengan seperangkat alat kebersihan di tangan masing-masing, ketiga pria itu membagi tugas agar cepat selesai. Alex di lantai tiga, Arnav di lantai dua, dan Arga di lantai paling bawah. Waktu kosong yang harusnya bisa mereka gunakan untuk tidur atau sekedar mengobrol di kelas kini malah terbuang untuk membersihkan toilet. Sial.

Hari semakin siang dan Arnav masih harus membersihkan satu deret toilet di pojok bangunan sekolah. Pria itu berjalan menenteng ember berisi air sabun, sikat lantai, dan pel. Di tengah jalan ia bertabrakan dengan seorang siswa yang memiliki wajah tak asing baginya.

"Kalo jalan pake mata," ketus pria itu. Arnav hanya diam seraya menatap mata pria itu tajam. Arnav menyeritkan dahi saat membaca nama di badge di dada siswa tersebut.

"Hega?" batin Arnav.

Setengah jam berlalu begitu saja. Menyeka keringatnya dengan punggung tangan Arnav ke luar dari kamar mandi bersama 'peralatan perangnya'. Ia berjalan santai menuju gudang penyimpanan seraya bersiul merdu. Di tengah perjalanan langkahnya terhenti saat melihat pemandangan yang membuatnya geram.

"Harusnya lo itu di SLB, bukan di sekolah elit kayak gini. Malu-maluin aja," ucap Rian pada seorang gadis yang terduduk di lantai.

"Dia kan anak orang kaya, ya maklum aja kalau sekolah ngebiarin dia di sini Paling-paling orang tuanya nyogok biar anaknya yang kelainan ini bisa membaur sama orang-orang normal kayak kita," imbuh Hega dengan kekehan di akhir kalimatnya.

BUG

Satu pukulan dari Arnav mendarat dengan sempurna di pipi pria berkulit putih itu. Seraya memegang pipinya yang merah, Hega memutar tubuh ingin melihat siapa orang pertama yang dengan berani memukulnya. Arnav menunjukkan smirk-nya saat mata mereka beradu.

"Kalo ngomong itu dijaga. Punya otakkan? Dipake, jangan cuma jadi aksesoris aja," ucap Arnav santai.

"Lo siapa? Anak baru aja sok-sok an," tanya Hega.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Where stories live. Discover now