40 - EPILOG

2.4K 238 95
                                    

"Di bawah langit dengan pendar jingga, lukanya lenyap secepat peluru yang melesat. Di akhir malam yang dingin senyumnya terukir sebab segala yang ia cari telah kembali. Bersama peluk hangat sang bunda, bahagianya telah sempurna. Menjadi akhir dari sebuah cerita dari pria dengan sejuta tawa."

- Arnav dan Lautan -

- Arnav dan Lautan -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Syawal, 2016

Sebuah lagu dari Maher Zain yang terputar di ruang aula kampus terdengar hingga ke bagian resepsionis. Seorang pria bertubuh jangkung berjalan cepat seraya membaca rundown acara pagi ini. Dengan teliti ia memastikan kembali bahwa acara sudah siap untuk dimulai.

Pria berusia dua puluh tahun itu kemudian memakai baju PDL dan pecinya seraya mengintip ke dalam aula dari balik pintu. Memakai co card, ia mulai kembali mengawasi para anggotanya.

"Irham. Tiga menit lagi sambutan ketua organisasi sekaligus ketua acara. Jangan pergi ke mana-mana." Peringat seorang anggota dari divisi acara lantas kembali masuk ke aula.

Tak sampai lima menit Irham memberikan pidatonya di depan para dosen dan teman-teman. Pria itu kemudian melirik ke arah arloji yang melingkar, ia harus memastikan acara syawalan hari ini bisa berakhir tepat waktu agar dirinya tidak terlambat ke rumah sakit.

Enam bulan sekali Irham harus melakukan kontrol terhadap ginjal barunya. Sejauh ini sepasang ginjal dari sang kakak bekerja dengan sangat baik di tubuhnya. Ia tak lagi merasakan sakit dan bisa kembali menjalani aktivitas dengan normal.

Beberapa hari sebelum peristiwa penembakan itu terjadi, sebenarnya Arnav sudah melakukan pemeriksaan ginjal di rumah sakit. Hasilnya adalah sehat dan cocok dengan ginjal Irham. Saat itu Arnav berniat untuk mendonorkannya satu, tapi hal itu terhambat sebab peristiwa tembak menembak.

Di ruang ICU itulah Arnav meminta bantuan untuk mendonorkan ginjal pada Irham. Niat itu kemudian disampaikan oleh dokter pada Jov dan Irham. Dan dua hari setelah pemakaman tindakan operasi dilakukan.

Hari semakin sore, selepas dari kampus dan rumah sakit Irham langsung kembali ke kos-kosan. Seperti biasa, sebelum matahari terbenam ia sudah harus memberi makan Amel dan kucing-kucingnya yang lain agar tidak ada tanggungan saat berjamaah dan mengajar ngaji di masjid.

Ya, Irham masih melakukan aktivitas yang sama setelah kepergian Arnav. Bahkan segala hal yang biasa Arnav lakukan kini mulai Irham gantikan, seperti memberi makan kucing-kucing di jalan, mengurus bangunan di belakang pabrik bersama Chio, membeli koran milik Alif setiap pagi, hingga bekerja di Rochio's Cafe menggantikan sang kakak.

Irham senang masih bisa melakukan itu semua. Mungkin dengan cara seperti ini Irham bisa terus mengenang Arnav dalam benaknya. Bahkan Irham juga menolak ajakan Pandu untuk ikut tinggal di apartemen. Irham bilang ia lebih suka tinggal di tempat lamanya bersama Arnav. Mengerti dengan maksud Irham, Pandu tak lagi memaksa. Pandu hanya mengawasi dan siap membantu jika Irham butuh sesuatu.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Where stories live. Discover now