Hai, Princess

520 11 1
                                    

***

Duduk anteng di antara Ipang dan Saga, Bara menjadi pusat perhatian. Wajahnya datar. Seolah berada di tengah sekumpulan para pelawak.

"Jadi gimana? Ada masalah apa, Mas-Mas?" Bara membuka suara. Ia mengambil rokok. Baru saja membakarnya, punggungnya langsung ditepuk keras oleh Ipang. Membuat rokoknya terlempar dan korek yang menyala hampir membakar bulu matanya. "Cok. Nggageti ae sampeyan, Mas. Selamet gak kesumet motoku." (Cok. Mengejutkan aja kamu, Mas. Selamat tidak kebakar mataku.)

"Asu, deh. Woi! Kamu sadar nggak sih ngomong apa barusan? Datang-datang bilang, 'biar aku aja', tapi nggak tahu apa masalahnya. Dasar caper." Ipang nyerocos. Ludahnya sampai muncrat mengenai pipi Bara. Saking semangatnya. Bajingan!

Ludah Ipang, Bara seka. Menoletkannya ke pipi Saga. Praktis membuat Saga mencak-mencak. Menempeleng kepala Bara. Bisa-bisanya si anak baru bercanda dengan santainya di situasi yang sedang tegang ini.

"Pang, jelasin situasinya ke anak baru ini." Loki memerintah.

Ipang menolak? Oh, tentu saja tidak, dong. Ia masih sayang nyawa. Mana belum nikah.

Diiringi suara sumbang cosplay tour guide, Ipang menjelaskan dari awal.

Jadi, si wanita India bernama lengkap Indira Gandhi Divariyadi ini adalah adik tingkat Loki dan Rio. Beda satu tahun. Seperti kebanyakan warga Kota Anggur, jika laporan mereka tentang permasalahan yang dialami tidak ditangani secara serius oleh pasukan Kue Lumpur -polisi- maka mereka lari ke Rantai Hitam. Mengajukan permohonan bantuan dengan imbalan seikhlasnya. Dan permohonan itu bisa dikirim melalui web khusus yang dibuat dan di kelola ole Erwin selaku ahli IT Rantai Hitam.

Termasuk Dira. Ia mengajukan misi kepada Rantai Hitam secara langsung untuk menyelamatkan anaknya yang bernama Aura. Gadis kecil yang masih berumur 2 tahun itu hendak dijual oleh ayahnya sendiri, yang tak lain juga suami Dira, Ibnu. Yang dicari? Jelas uang. Tak ada manusia yang benci uang. Terlebih nominal yang ditawarkan tidak main-main. 10 miliar. 5 miliar dalam cash, dan sisanya berupa cek. Masalahnya di sini adalah: Ibnu mengajakun penawaran kepada Dira, jika istrinya itu mau menebus 500 juta saja kepadanya, maka Ibnu akan melepaskan Aura. Sedangkan batas penebusan sisa 3 jam.

"Gampang itu. Serahkan padaku." Bara manggut-manggut dengan wajah songong. Membuat semua orang melongo akan responnya yang terbilang sinting. Bagaimana bisa si anak baru ini tanpa beban mengatakan hal itu? Apa ia tidak memikirkan segala resiko? Apa si anak baru memiliki rencana?

"Jangan bilang gampang-gampang kau, pantek. Ini masalah nyawa manusia! Jangan sembarangan kau! Mau kuretakkan ginjal kau yang lunak itu, kah?!" Erwin ngegas.

"Kalem, Bang. Aku serius kali ini, Bang." Bara ketularan logat Erwin. "Aku sudah punya rencana, kok."

"Coba jelaskan rencanamu, Bar."

"Pertama, aku ambil uang di bank. Sesuai nominal, 500 juta. Terus aku kasih ke orang bernama Dudu. Aku ambil kembali anaknya Mbak Dira. Simpel."

"Simpel pentilmu!"

"Ibnu, cok! Bukan Dudu!"

"Pantek!"

"Cukimai ko!"

"Kehed!"

"Matane njeplak!"

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Where stories live. Discover now