Istanbul

804 10 0
                                    

***

Istanbul, alias Istana Bulak Banteng.

Sesuai namanya, basecamp megah dengan patung banteng hitam berkalung rantai di bagian depan adalah salah satu jaringan terbesar kedua Rantai Hitam. Letaknya saling membelakangi gedung studio film porno, Botol Kecap.

Segala sesuatu yang menyangkut pemeliharaan, pembersihan, dan pengawalan, dapat ditemukan di bangunan model istana raja iblis bertingkat 12 ini yang dioperasikan secara maksimal pada era manajemen sang sayap kanan Rantai Hitam, Putra.

Banyak sekali kesibukan serta tanggung jawab yang Putra emban. Carut-marut dunia bobrok luar dalam, sudah jelas menganggu planning organisasi. Entah rencana yang telah disusun dengan matang jadi berantakan, atau kemungkinan terjadi peristiwa di luar dugaan ... yang anehnya justru menguntungkan segala aspek pergerakan Rantai Hitam bawah tanah.

Di lantai 12, tepatnya lantai tertinggi Istanbul, di sinilah Putra berbeda. Rooftop tempat bersantai melepas lelah. Putra duduk di meja kaca berbentuk lingkaran kecil ditemani dua teman sesama bajingan: Berto dan Saga.

Untuk beberapa lama, hanya denting botol bir dan meja kaca yang aktif berbunyi. Tiga anak manusia berbeda watak masih setia saling mendiamkan. Sejujurnya, ada gores tinta hitam perseteruan di antara ketiganya yang menjadi penyebab mereka bersitegang.

Pertama, dimulai dari Berto yang masih menyimpan dendam karena Putra pernah mengganyang habis Arena Street Fighter di distrik selatan dengan alasan bosan. Tidak masuk akal!

Kedua, masalah Saga yang masih menginginkan rematch duel di atas ring melawan Berto. Penyebabnya satu: rebutan Sarah.

Terakhir, perihal Putra yang dibuat jengkel karena dalam dua tahun terakhir ini Saga mulai mengurangi bahkan berhenti menculik dan membawa wanita yang sebelumnya telah ia tiduri. Satu alasan yang dipakai Saga: memanfaatkan wanita untuk dijadikan ladang uang bukanlah hal yang keren.

Tiga orang yang paling mencolok kalau urusan kerja sama. Menempatkan mereka di dalam tim yang sama, itu sama saja mengkuadratkan kegagalan. Gagal total!

"Lapo raimu kok ditekuk lungset ngunu? Gorong nggebleh, a?" (Kenapa wajahmu kok menunduk lesu begitu? Belum bercinta, kah?) ucapan yang buruk dari seorang Berto menjadi pembuka perkelahian.

Sungguh, hanya Putra seorang yang menjadi prioritas tertinggi Berto untuk dimusnahkan dari muka bumi. Bukan karena sifat pemalas bin absurdnya, tapi moodnya yang suka berubah-ubah. Seperti yang sudah diterangkan. Gabutnya Putra itu memakan korban jiwa. Kalau sampai ada kasus kematian yang telinga korbannya ditusuk besi, itu Putra pelakunya.

"Legrek, blok. Kene, tak idoni manukmu cek motoku gak sepet." (Lelah, blok. Sini, aku ludahi burungmu biar mataku tidak lengket.) Putra membalas ketus.

Berto berdecak. "Nom-noman taek a sek isuk ngene wes tebal?" (Anak muda tai kah masih pagi begini sudah tepat?)

"Pripun keadaane njenengan, Mas Putra? Kok kulo sawang kalihan sedotan boba sampun berubah orientasi seksual'e." (Bagaimana keadaan kamu, Mas Putra? Kok aku perhatikan dengan sedotan boba sudah berubah orientasi seksualnya.) Saga ikut nimbrung.

Putra menguap. "Sek talah. Kon kabeh gak onok gawean, a? Ngeriwuki ae." (Sebentar dulu. Kamu semua tidak ada kerjaan, kah? Menggangu saja.)

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang