Tawaran

156 8 1
                                    

***

Pemantik dinyalakan pada sebatang rokok yang terselip di bibir seorang pemuda berambut gondrong. Manakala kepulan asap rokok tersebut telah memenuhi sebagian ruangan yang cukup gelap. Bias cahaya samar bulan purnama kuning masuk melalui celah ventilasi yang syarat akan ruangan pengap, dingin, bau darah.

Tak menunggu waktu yang terus bergerak mendekat pukul dua belas, pemuda itu disadarkan oleh sesuatu yang sedikit terlupakan. Memegang rokok di tangan kanan, sedang tangan yang lain merogoh kantung jaket levis, pemuda itu mencari benda pipih andalan. Apalagi kalau bukan ponsel.

Ketemu. Lockscreen terbuka. Menampakkan wallpaper seorang lelaki dan perempuan berlatar belakang pantai di langit senja. Sedikit sayu tatapan si pemuda ketika manik hitam legam itu terpatri pada paras cantik gadis berlesung pipi yang tengah tersenyum lebar tanpa beban memamerkan gigi putihnya. Rasa sesak di dada seketika menurunkan mood si pemuda. Alih-alih meneruskan apa yang hendak ingin ia lakukan terhadap ponselnya, pemuda itu justru kembali mengantonginya, lalu menghisap rokok hingga asap kembali berkolaborasi dengan udara ruangan yang lembab menyasar kulit.

Bukan tanpa sebab. Yang jelas, ada dua hal yang sedang pemuda itu pikirkan. Pertama, sebelas jasad samurai tak bernyawa yang ditumpuk di hadapannya, jelas sudah dipastikan tak memiliki kekuatan apa-apa sekali pun itu bernafas. Kedua, hawa keberadaan entitas di belakangnya, cukup dekat, hingga aroma nafas berbau alkohol santer tercium memuakkan. Pastilah yang diminum itu laksana Paloma campuran jus duren.

"Bekerjalah untuk kami, Bara."

Bara bergidik. Si sableng menoleh tanpa balik badan. Sorot tajam elangnya bertemu dengan sorot pemilik manik abu-abu yang dingin, bengis, laksana dewa kematian seorang pria misterius.

Kiranya Bara sedang diambang nestapa, membuatnya sedikit menurunkan waspada demi memuaskan keterkejutannya mendapati sesosok pria misterius berjubah hitam yang berdiri santai menenteng pedang katana bergagang merah. Auranya kuat dan kental, syarat akan intimidasi yang menguar dari gestur tubuhnya yang menjulang dan air muka di wajah tampan blesteran itu kelewat bikin iri ... tampangnya.

"Aku nggak pernah mendengar kumpulan badut kekurangan anggota." Bara menjawab dingin. Setelah sekian lama bungkam, yang dilanjutkan menghisap rokoknya dalam dan panjang.

"Satu pekerjaan bersih, aku pastikan kamu tidak akan kekurangan uang dan wanita."

"Terdengar menarik. Sayang, aku sudah punya segalanya."

"Aku ganti tawaranku." Pria misterius itu mengulurkan kartu nama berwarna hitam kepada Bara. Kemudian, Bara menerimanya tanpa minat untuk membaca apapun yang ada di dalamnya. Setelahnya, pria misterius kembali berkata, "Hubungi nomor itu jika kamu berubah pikiran. Barangkali aku bisa memberimu petunjuk di mana Saumia berada."

Mata Bara seketika membola. Darahnya mendidih. Wajahnya tegang, meradang. Bara menatap setajam silet si pria misterius penuh amarah. "Jangan sebut nama itu, keparat!"

"Bara Geni. Seorang lelaki gila yang datang ke Kota Anggur dengan banyak agenda. Kalau boleh menebak, prioritas tertinggimu bukanlah mencari pembunuh papa angkatmu. Tapi mencari ...." si pria misterius menahan ucapannya. Kedua sudut bibirnya terangkat sempurna. Senyum lebar sempurna.

Balik badan sepenuhnya. Tinggi Bara yang sejajar dengan si pria misterius, mematahkan anggapan bahwa tinggi rata-rata lelaki lokal tidak lebih dari 170 centi. Paras tampan menawan dipadukan tubuh kekar berdada lebar nan bidang. Perutnya rata, tanda cetakan enam kotak seksi terbentuk indah dan menggoda kaum hawa. Bukan tidak mungkin andai si pria misterius seorang model, pastilah Bara akan mendapat saingan berat.

"Jangan kamu teruskan." Bara memberikan peringatan terakhir. Menghisap rokok yang masih panjang, kemudian membuangnya ke lantai berdebu, lantas menginjaknya dengan sepatu Macbeth hitam bertakhtakan emas di logonya. "Enyahlah, gendeng. Sebelum aku mempreteli setiap bagian tubuhmu, lalu kupasang di tubuh mbahmu."

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang