Siapa Ratu?

607 7 2
                                    

***

Masih di Istanbul. Ditemani Dira dan Aura, Bara bagaikan lelaki paling bahagia di dunia karena dikelilingi dua keimutan nyata di depannya. Senyum Dira yang semanis madu ketika menyuapi Aura. Demikian tawa ceria si tuan putri Aura yang menerima suapan dari sang mama sambil menonton tayangan kartun anak-anak: Masha and the Bear.

Berbicara soal makan, saat ini Bara berada di lantai bawah Istanbul. Tepatnya restoran di belakang lobby. Gedung basecamp ini laksana hotel bintang lima. Dilengkapi berbagai macam fasilitas terbaiknya. Tak hanya itu, menurut pengakuan seorang gadis muda Rantai Hitam Crew yang bertugas menjadi tour guide, tempat ini merangkap menjadi rumah singgah tamu kehormatan inti Rantai Hitam. Termasuk Dira dan Aura yang notabene adik tingkat Tiga Serangkai, yang dua orangnya sudah Bara kenal. Yaitu Loki dan Rio. Sedang yang satu masih belum menunjukkan batang hidungnya.

Siang ini ... iya, siang. Mengapa sarapan hari ini sedikit terlambat? Itu karena Bara kembali memadu kelamin bersama si semok Dira dengan durasi lama. Tak heran jika di ronde ketiga Bara begitu mendominasi. Di samping kantung zakarnya sedang proses pengisian ulang, Bara suka sekali melihat Dira terkencing-kencing. Tak terhitung berapa kali Dira memancarkan squirt dari vagina sambil Bara mengisi tenaga dengan asupan gizi dari ASI Dira.

Sembari mengamati interaksi ibu dan anak di depannya, Bara menghabiskan segala macam menu hidangan di meja. Dari nasi steak, king crab, curry udon dicambur beef jumbo, dan yang terakhir hidangan yang wajib diberi keju balok: tokpoki pedas level 4.

Semua itu tandas dalam waktu 30 menit. Disambung Bara yang langsung menenggak habis Jasmine Ice Tea. Menyeka mulut dengan tisu, Bara menyandarkan punggung ke kursi. Bersendawa sambil menutupi mulut dengan tangan. Sederhana dan terlihat sopan. Bara memang bisa menempatkan diri di mana pun ia berada.

Baru saja hendak mengambil rokok, deheman keras mengagetkan Bara. Asalnya dari si wanita beranak satu, yang siang ini menggenakan outfit bak pekerja kantoran. Dimulai dari kepala Dira yang terbungkus hijab segi empat polos warna abu-abu bahan voal. Lalu, pakaiannya menggenakan kemaja putih dan long outer motif polka dot. Berikut perpaduan serasi celana jeans abu-abu ketat. Satu kata: elegan.

Sebenarnya, Dira tidak berhijab. Ia lakukan ini untuk meminimalisir kecurigaan orang-orang akan bekas merah bernama kissmark di leher. Tak hanya satu, mungkin jika dihitung ada enam. Ulah Bara, siapa lagi? Dasar lelaki nakal.

"Jangan rokokan. Aura masih makan," tegur Dira, seraya memberikan sideeyes mautnya.

Bara tersenyum kecut, dan secara otomatis menarik tangan dari benda kotak berisikan lima batang rokok Surya. Agak kurang rasanya kalau setelah makan tidak diimbangi membakar rokok. Tapi apalah daya, saat ini Bara sedang bersama orang lain. Orang lain yang spesial, pastinya. Untuk itu, Bara mengalihkan fokus ke arah Aura yang masih setia cosplay Nana Gajah. Duduk dengan menggoyang-goyangkan kaki pendeknya ke kanan-kiri, maju-mundur. Gemas, Bara menowel pipi bocah itu yang masih mengunyah makanan.

Aura mendongak. Mengatakan sesuatu yang tidak bisa dipahami. Bahkan Bara sampai harus mengatakan 'apa' sebanyak tiga kali.

"Aura bilang, dia minta dipangku sama Papa. Gitu." Dira sang translator dadakan menejermahan.

"Oh. Sini, sini, cantiknya Papa. Anak Papa pasti pengen disuapin makan sama Papa, kan?" Bara merentangkan tangan. Mengangkat Aura agak tinggi, lalu mendudukkan si mungil di pangkuan.

Setelah itu, Aura menelan makanan di mulut, lantas menggeleng-geleng sambil melipat tangan di depan dada. Kedua pipinya digelembungkan. Bibirnya maju lima centi, kemudian berkata, "Uap Mama. Ndak mau cama Papa. Aula mauna dielus-elus aja cama Papa." (Disuapi Mama. Tidak mau sama Papa. Aura maunya dielus-elus aja sama Papa.)

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Where stories live. Discover now