Ratu Geni

399 8 0
                                    

***

Kemelut hati Bara terdistraksi. Emosinya menyala api. Kepalan tangannya sekeras besi. Siap menghancurkan siapa pun yang mencoba mendekati.

Ya, terlepas dari alasan yang dipakai, Bara kelewat kurang ajar berdiri di atas meja sambil memandang lurus ke arah si kumis tipis. Baru ini Bara menunjukkan emosinya. Sebelum-sebelumnya Bara santai dan terkesan meremehkan kemampuan orang lain. Itu dapat dilihat dari insiden pertarungan di pelabuhan lama. Di luar dugaan, si kumis yang baru saja kena tendang di bagian ulu hati, namun tidak roboh, justru menatap Bara lempeng.

Pasalnya, setelah si manajer bernama Ratu mengaku jika Bara adalah putranya, kontan Bara jadi terguncang hingga memicu amarah di dada. Apalagi, Bara tidak suka cara wanita paruh baya itu mengatakan hal yang tidak seharusnya orang asing katakan kepadanya dengan ekspresi sedih dan bercucuran air mata. Tidak. Bara memiliki orang tua. Meski hanya orang tua angkat, Bara sudah menganggap mereka orang tua kandungnya. Lele dan Nila. Dan Abner adalah kakak Bara. Demikian si gadis tepos bernama Dysis adalah adik kesayangannya. Tidak. Ini tidak benar. Ada yang salah dengan tempat ini.

Oleh karenanya, Bara refleks mendorong Ratu hingga terjengkang. Spontan si kumis tipis melesat maju berniat melayangkan tinju, namun respon Bara lebih cepat. Lebih gesit. Lebih kuat.

"Siapkan kata-kata terakhirmu, bedebah," ujar si kumis tipis, dingin.

Bara menggeram. "Bantu aku menyiapkannya di dalam neraka!"

Bara turun dari atas meja. Dua lelaki di sana waspada. Berdiri sebelahan sambil menyiapkan diri untuk menerima serangan lanjutan dari Bara.

Benar saja.

Angin dingin berembus kencang dari arah Bara. Si sableng menerjang maju. Siapa pun yang berada di jalur pukulannya akan ia hantam. Tak peduli jika ia adalah titisan Dewa Chronos.

Bam!

Hantaman pertama Bara tertahan telapak tangan kiri si kumis tipis. Keras dan sedikit meleset dari sasaran. Niatnya Bara mengincar wajah menyebalkan si kumis tipis. Rasanya Bara jengkel sekali karena wajah ngantuk si kumis tipis seolah-olah meremehkannya.

Saat di mana Bara lengah beberapa detik, celah itu dimanfaatkan oleh si kumis tipis untuk menangkupkan telapak tangan. Ia remas kuat tinju Bara, lantas membanting badan Bara ke lantai.

Bum!

Bedebum keras bunyi beberapa tulang patah. Berikut rintihan kesakitan dari mulut Bara yang hampir tak terdengar saking lirihnya.

Sejurus, saat si kumis tipis bersiap menghantarkan tinju menggunakan tangan kanan, tetiba ada sebuah tangan halus yang mencekal pergelangan tangannya. Adalah wanita India berparas menawan. Jilbab abu-abunya berkibar seiring terpaan angin dari jendela ruangan yang terbuka. Dira. Wanita itu datang tepat waktu sebelum ada nyawa melayang karena pukulan si kumis tipis yang terkenal mematikan. Tidak percaya? Ini buktinya. Si kumis tipis memutar tangan kanan Dira. Menyentak kuat. Lantas, melayangkan pukulan kuat mengarah ke pelipis Dira. Hanya berjarak beberapa centi sebelum pukulan itu mendarat menghantam dan menghancurkan wajah Dira, tahu-tahu Bara membentuk tameng dengan kedua tangan disilangkan di depan dada.

Wush!

Brak!

Bara terlontar jauh ke belakang. Membawa serta Dira yang ikut tersungkur ke belakang. Tanpa menunggu lebaran kuda, yang pertama Bara khawatirkan adalah Dira. Mengabaikan kedua tangannya yang sedikit nyeri. Jaket levis yang dikenakan Bara sampai sobek. Entahlah. Apa manusia biasa bisa melakukan hal ini? Jawabannya ... entahlah.

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Where stories live. Discover now