Netek

1.9K 11 0
                                    

***

Bara terbangun. Ia dapati dirinya di sebuah kamar asing. Saat hendak bergerak, tangannya tertahan sesuatu. Tangan kanan dijadikan bantal seseorang yang tidur memeluk setengah badan Bara. Dan tangan kiri secara tidak sadar berasa meluk sesuatu yang empuk. Saat mata Bara sepenuhnya terbuka, ia mendelik kaget mendapati anak kecil tidur ngiler di atas tubuhnya: Aura. Kalau yang kanan sudah dapat ditebak siapa pelakunya. Dira si wanita India. Mendengkur halus berselimut tipis sambil membenamkan wajah di ketiak kanan Bara.

Inilah gambaran jika jodoh itu kadang tidak datang sendiri. Melainkan satu paket dengan anaknya.

"Asu. Gawat ini."

Bara memutar otak. Terjebak di situasi serba sulit harus mempersiapkan banyak hal. Termasuk mental. Untuk jaga-jaga, Bara sudah menyiapkan teknik jitu untuk lolos dan secapar mungkin minggat dari sini.

"Mbak, tangi, Mbak. Sampeyan antep." (Mbak, bangun, Mbak. Kamu berat.) Bara berucap sepelan mungkin, seraya menowel-nowel pipi chubby Dira.

Dira merespon. Menggeliat dulu, lalu membuka mata secara perlahan. Ia ikut terbelalak. Buru-buru bangun. Karena kurang waspada, Dira hampir terjengkang ke belakang andai Bara tidak memeganginya. Selamat. Iya, selamat. Tetapi, Dira harus menempeleng kepala Bara agar tangan pemuda itu melepaskan cengkraman di sebelah payudaranya.

"Aduh! Kok dikeplak seh aku? Sek untung-untungan sampeyan tak goceki." (Aduh! Kok ditampol sih aku? Masih beruntung kamu aku pegangi.) Bara mengaduh, menggerutu. Mengelus kepalanya yang sakit. Bayaran setimpal setelah memegang aset pribadi milik istri orang. Apalagi aset berukuran besar tersebut sudah bukan lagi hal milik perorangan.

"Untang-untung. Tak solder lambemu kapok kon!" (Untang-untung. Aku solder mulutmu mampus kamu!)

Bara mendengus. "Lak yo bener seh, Mbak. Timbangane sampeyan tibo, eman engkok ayune sampeyan ilang." (Lah ya benar, sih, Mbak. Daripada kamu jatuh, sayang nanti cantiknya kamu hilang.)

"Isok ae kaleng rombeng iki." (Bisa aja kaleng bekas ini.)

Bibir Bara manyun tiga centi. Sedetik, perhatiannya teralihkan pada Aura yang semakin nyaman nangkring di atas tubuh Bara. Dikira Bara ini kasur, apa?

"Maaf, yo. Mau Aura ngelilir nggoleki kamu. De'e ngeriwik njalok dikeloni mbek kamu. Makane aku langsung merene pas ero kamu wes dipindahno wong-wong Nakes. Eh, aku malah katut keturon." (Maaf, ya. Tadi Aura terbangun mencari kamu. Dia ngotot minta ditemani tidur sama kamu. Makanya aku langsung ke sini pas tahu kamu sudah dipindahkan orang-orang Tenaga Kesehatan . Eh, aku malah ikut ketiduran.)

Baru ini Bara mendengar Dira berbicara agak panjang. Lebih-lebih logat bicaranya yang khas sekali. Bara jadi semakin menaruh hati kepada wanita yang resmi menyandang gelar Roles, alias rondo teles alias janda muda.

Memandangi tanpa berkedip, Bara semakin terpana manakala memandang pancaran inner beauty Dira ketika bangun tidur. Tanpa make up saja sudah se-gorgeous, apalagi kalau sudah bersolek. Andai Dira istrinya, takkan Bara biarkan menjadi konsumsi publik. Cukup dirinya dan Aura yang menikmati kecantikan natural si wanita India.

"Papa?" Aura bersuara serak. Sebelah matanya terbuka memandangi Bara.

Bara cengo. "Papa? Aku?"

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon