Resmi

356 11 0
                                    

***

Perjalanan kembali berlanjut. Seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya, Bara dengan santainya menurunkan kaca mobil. Menghisap rokok sambil mengatur sandaran di kursi beberapa derajat. Bau anyir darah sedikit tak berpengaruh.

Kendati demikian, Bara sedikit simpati melihat Firly yang sedari tadi muntah-muntah. Wajahnya pucat pasi bak mumi. Jangan abaikan pula si supir Grab yang sekuat tenaga menahan untuk tak komplain kepada penumpangnya.

Tak lama, ponsel Bara bergetar, berbunyi. Ada panggilan masuk. Saat Bara merogoh kantung bagian dalam jaket levis, terpampang nama Saga di sana. Segera Bara angkat tanpa membuang waktu. Siapa tahu penting.

"Halo!"

"Hai."

"Asu. Koyok hombreng kon, sat. Nggathelisasi." (Anjing. Seperti homo kamu, sat. Menjengkelkan sekali.)

"Peno gelem ta tak balang batako?" (Kamu mau kah aku hantam batako?)

"Gak mesisan nggawe forklift ta cek rodok keroso?" (Tidak sekalian pakai forklift kah biar agak kerasa?)

"Gak terimo forklift tok. Sak mekanik'e melok tak junjung lek musuh aku." (Tidak terima forklift saja. Sekalian mekaniknya ikut aku angkat kalau musuh aku.)

"Asu, deh. He, pentol kabul, posisimu ndek endi sak iki?" (Anjing, deh. He, pentol kabul, posisimu di mana sekarang, sat?)

"Ndek dalan arah moleh nang kostan. Lapo'o, Lady Gaga? Kangen, a?" (Di jalan arah pulang ke kostan. Kenapa, Lady Gaga? Kangen, kah?)

"Gak po-po, seh. Mek takok tok." (Tidak apa-apa, sih. Hanya bertanya saja.)

"Ngunu tok? Ealah. Tak kiro peno kape ngekek'i info seng sip gawe menyambut kedatangan wong ganteng iki." (Gitu saja? Ealah. Aku kira kamu mau memberi info yang sip buat menyambut kedatangan orang ganteng ini.)

"Oh. Soal iku, wes tak siapno karpet merah ndek nggarep gang, sat. Sekalian peti mati gawe ngusung awakmu budal nang kuburan." (Oh. Soal itu, sudah aku siapkan karpet merah di depan gang, sat. Sekalian peti mati buat menggotong kamu berangkat ke kuburan.)

"Gendeng!"

"Hehehe. Oke, serius ini. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan ke kamu."

"Gimana, gimana?"

"Jadi gini, Bar."

Sambil mendengarkan informasi yang disampaikan Saga, Bara melirik ke samping. Mengamati Firly yang sedang rebahan. Memejamkan mata. Kecapekan muntah kangkung beberapa kali. Lalu, Bara menghisap rokoknya dalam. Diam sebentar.

"Kayaknya lebih enak kita bahas soal itu secara langsung, Mas." Bara akhirnya buka suara, setelah terdiam beberapa saat.

"Aku setuju sama kamu, Bar. Ya udah, kalau gitu kita ketemuan di luar. Nanti aku shareloc."

"Kalau bisa di hotel aja, Mas."

"Bajingan kon, pentil luwak. Aku sek normal, cok." (Bajingan kamu, puting luwak. Aku masih normal, cok.)

"Oh, ancene wong kentir! Aku iku ngejak nang hotel mesisan ngedukno muatan. Aku nggowo barang rodok bahaya iki masalahe." (Ealah, dasar orang gila! Aku itu ngajak ke hotel sekalian menurunkan muatan. Aku bawa barang agak bahaya ini masalahnya.)

"Ngomong, dong. Eh, aku boleh join kan nanti? Seculup dua celup, lah."

"Mbok bresno sak dengkul-dengkule peno yo no preblemo, lezato, mangku lonte disambi ngemut itilo." (Kamu lesatkan sekalian lutut-lututnya kamu ya no preblemo, lezato, mangku lonte disambi ngemut itilo.)

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Where stories live. Discover now