Fakta

191 10 0
                                    

***

Ida Ayu Agnia Dewantari.

Nama yang indah untuk mahasiswa kedokteran berprestasi dari Kampus UB. Gadis asli Bali. Namanya sudah terkenal di Kota Anggur karena termasuk ke dalam jajaran bidadari kampus. Parasnya cantik menawan dengan segudang onderdil memikat mata garangan. Masih menjadi misteri gerangan apa yang membuat setiap mata lelaki beristri kerap tergoda melihat daya pikat serta pesona yang terpancar dari diri si gadis Bali. Terlebih inner beauty gadis yang akrab dipanggil Dayu itu memancar menggoda mengundang untuk dijadikan istri kedua. Caranya menatap, berjalan, dan berinteraksi, sanggup menghipnotis siapa pun lawan bicaranya.

Namun, semua itu terpatahkan saat Dayu bertemu dia. Ya, dia yang sedang menggendong bocil perempuan dan berjalan berdampingan bersama sahabatnya, Elle.

Dia ... Bara, di mata Dayu nampak menakutkan. Dalam artian, lelaki bertubuh kurus namun berotot itu pembawaannya tenang tapi waspada. Santai tapi siap. Halus tapi tajam. Dan yang menyebalkan, Bara tak bisa didekati. Tembok lapis baja seolah menjadi benteng pertahanan si sableng. Kokoh tak tergoyahkan.

"Ngomong-ngomong, kamu sebelumnya pernah ketemu cowok itu, kah?" Novia membuka obrolan. Ia bertanya dengan pandangan lurus ke arah jalan. Mobil Civic hitam yang ia kendarai dengan Dayu duduk anteng di sebelahnya bersiap menuju suatu tempat.

"Siapa?" Dayu sok bodoh.

"Hm."

"Hehehe. Pernah, Bu." Ada nada tidak yakin saat Dayu menjawab. "Pesona yang nggak bisa dilawan dari cowok itu bikin saya nggak fokus akhir-akhir ini."

Novia memasukkan persneling mobil, dan mendahului Bara serta dua bebannya, lantas menoleh barang sebentar melalui kaca tengah, sebelum bertanya, "Kamu tidak berpikir kalau kamu menyukai cowok itu, kan?"

Dayu tersenyum samar. "Sayang sekali. Tapi ucapan Ibu benar adanya."

"Sepertinya saingan saya bertambah satu." Novia memberi kode ala perempuan kepada Dayu. Kode untuk menjauhi Bara. Yang kemudian, Novia kembali berucap saat mendapati Dayu yang hanya tersenyum kepadanya, "Saya penasaran. Kebetulan macam apa, sampai-sampai bidadari kampus punya hubungan dengan cowok kurus itu? Benar-benar takdir yang aneh."

"Entahlah, Bu." Dayu tersenyum simpul. Membuka jendela mobil, lalu mengeluarkan POD. Nge-vape santai sembari menikmati liquid rasa mangga yang menyegarkan. "Ibu sendiri?" tanya Dayu, setelah beberapa saat terdiam.

"Saya punya sedikit memori. Saya masih ingat betul reka kejadiannya."

"Apa ada hubungannya sama Rantai Hitam?"

"Mungkin iya, mungkin tidak." Novia menjeda, "Kejadiaannya sudah lama. Mungkin ... lima tahun yang lalu." Novia mulai bercerita, "Berto, adik saya, dulu ngebet minta quality time berdua sama saya. Pengen holiday ke Kota Pisang, katanya. Ya udah dong, saya turutin aja daripada ngerusak mood saya. Singkat cerita, pas kita berdua nyasar salah baca maps, kita malah apes dicegat sama kawanan begal, yang waktu itu kita masih ada di wilayah Kota Apel. Jadilah Berto di keroyok sama mereka sampai sekarat demi melindungi saya. Waktu itu, Berto bukannya lemah, dia hanya kalah cepat sampai kena tikam. Alhasil, tikaman itu bikin stamina dia berkurang. Sampai di mana, tinggal saya sendirian di situ. Takut luar biasa, mana saya hampir dilecehkan. Ngeri banget. Walaupun mereka sempet pegang punya saya, pegang doang, beruntung ada tiga bocah SMP nyelametin kita. Dan seperti yang sudah saya duga, salah satu dari ketiga bocah itu justru lupa sama saya."

"Tiga?" Dayu mengulang.

"Iya. Dua cowok, satu cewek. Mereka kuat banget. Lecet pun enggak. Padahal mereka menghajar begal-begal itu nggak pakai senjata. Murni tangan kosong."

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Where stories live. Discover now