Para Singa Betina

512 11 0
                                    

***

Satu minggu recovery, Bara sudah pulih. Tidak bisa dikatakan dalam keadaan baik juga kalau dalam tujuh hari ini Bara dicekoki alkohol tiada henti. Bara juga begitu. Ia yang kurang suka minuman murah, langsung mengajukan diri menjadi sponsor utama untuk pesta penyambutan diri sendiri. Tidak ketinggalan sang koki, Bintang, yang ikut andil dalam menyiapkan kudapan dan masakan dari berbagai belahan dunia. Yang lebih banyak tersaji tentu masakan khas Negara Berflower.

Di lantai tiga, tepatnya rooftop, inti Rantai Hitam membuat pesta sambil menyalakan api unggun. Kudapan, alkohol, dan seks menjadi menu utama. Untuk yang berpesta narkoba jenis ganja hanya Rio, Ipang, dan Bayu.

Perut kenyang. Bawah perut terpuaskan. Pikiran pun ikut melayang.

Jangan salahkan Bara juga kalau yang ia beli adalah Bacardi Spiced Rum sebanyak 8 karton dan Alexis Anggur Hijau sebagai campuran ada 4 karton, sanggup membuat semua orang tepar tak berdaya. Setiap malam tanpa henti, menorehkan hasil akhir jikalau lelaki terkuat dan tidak skip hanya ada sang bandar - Leo-, Tiga Serangkai -Loki, Rio, Putra-, dan tentu saja bintang utama kita semua, Bara. Lima orang yang menjadi tukang bersih-bersih dan mengkondisikan teman-teman yang tumbang.

Di pagi hari yang biasa saja, Bara terbangun dengan badan yang remuk redam. Masih terasa efek alkohol sisa semalam. Belum sempat berdiri, Bara dikejutkan oleh beberapa bagian tubuhnya yang tertahan sesuatu.

Dimulai dari perut Bara yang terlihat sebuah tangan melingkar. Memeluknya. Ini tangannya Saga. Si gigolo pecinta MILF ini semalam mabuk parah. Kamar Saga yang juga ada di lantai atas terkunci. Entah di mana kunci kamarnya diletakkan. Bodo amat. Bara tak ingin ambil pusing, ia tanpa segan membanting Saga ke atas kasur.

Selanjutnya ada kepala yang tidur ngiler di pundak Bara. Tidurnya yang berantakan, sudah pasti si tukang ngegas, Berto. Sebenarnya, Berto juga sama mabuknya seperti Saga. Pun kamarnya di lantai bawah. Jadi tak ada alasan bagi Berto untuk berada di sini. Seharusnya begitu. Namun, siapa yang menyangka jika Berto membawa serta pacarnya, Sarah, untuk bercinta di kamar Bara. Bajingan.

Alhasil Bara tidur dengan pikiran melayang. Desahan, jeritan, erangan Sarah masih terngiang-ngiang di kepala si sableng.

Oh, kalau mau tanya di mana Sarah sekarang, jawabannya ada di antara selangkangan Bara. Tidur di paha Bara, di mana bibir gadis itu cukup dekat dengan batang kemaluan yang ikut terbangun. Keras bagai kayu. Tegangan di pagi hari semakin maksimal saat kedua bongkahan susu Sarah menggencet paha Bara. Kadang kalau mengigau suka digesek-digesekkan. Pusing sudah Bara dibuatnya.

Serta merta dengan seluruh teknik Pancal Mumbul, satu persatu orang yang mengukung Bara berhamburan. Terjengkang. Yang paling parah sudah jelas Saga. Wajahnya menabrak tembok, berikut biji zakar si fuckboy kena bogeman tangan Bara.

Jerit dan rintih kesakitan di kamar Bara menjadi sebuah alarm guna menyadarkan orang-orang kampret yang suka sekali menumpang tidur di kamarnya. Terutama Saga. Iya, Saga lagi. Suka sekali pemuda bertato ular Cobra di dada itu menggangu ketenangan Bara. Padahal tak jarang Saga dibuat naik pitam oleh tingkah dan ucapan Bara.

"Bangun, woi. Dasar para biji ketumbar pemalas." Bara menampar-nampar pipi Saga dan Berto bergantian. Mencoba mengembalikan kesadaran duo racun seutuhnya. Sedangkan Sarah hanya diguncang-guncang pundaknya. Tak mungkin kan diguncang vaginanya, bisa ditempeleng si sableng sama Berto.

"Jembut ancene kon iku, Bar." (Jembut memang kamu itu, Bar.) Berto mengomel. Suaranya berat, matanya pun agak layu.

"Bangsat kowe, Bar. Gak isok ta lek nggugah aku lemah lembut ngunu?" (Bangsat kamu, Bar. Tidak bisakah kalau membangunkan aku lemah lembut gitu?) Saga ikut mengomel.

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Where stories live. Discover now