As You Wish: BAB 02

3.6K 368 40
                                    

Dua pesan pop up masuk ke ponsel Angkasa beserta dengan dua kali getaran khas aplikasi LINE begitu Angkasa memasuki rumah, yang berarti baru terhubung ke Wi-Fi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua pesan pop up masuk ke ponsel Angkasa beserta dengan dua kali getaran khas aplikasi LINE begitu Angkasa memasuki rumah, yang berarti baru terhubung ke Wi-Fi. Sesegera mungkin Angkasa mengecek, mendapati Mona mengirimi pesan.

Hei, padahal Angkasa dan Dara baru saja membicarakan gadis itu kurang dari sejam yang lalu.

Angkasa Putra P. : Fine

Tubuh Angkasa langsung terbaring di atas kasur begitu empat huruf tersebut ia ketikkan, dan terkirim kepada Mona. Dalam hitungan detik, pesan itu sudah dibaca, dan di detik setelahnya, telepon masuk dari Mona menghampiri Angkasa.

Sambil melucuti jaket denimnya, Angkasa menerima teleponnya dan mendengar suara Mona untuk yang pertama kalinya setelah tiga tahun berlalu.

"Angkasaaa! Apa kabar?!" itulah satu-satunya pertanyaan yang Mona kemukakan, membuat Angkasa tersenyum tipis. "Sombong ya, sekarang."

Tawa Angkasa pecah. "Gue nggak sombong. Lo kali yang sombong, punya pacar nggak bilang-bilang. Hahaha."

Gantian, kini kekehan Mona terdengar, kemudian percakapan mereka berlanjut. Dari mulai berbasa-basi membahas kuliah dan jurusan, sampai topik tersebut habis dimakan waktu, dan mereka sama-sama diam.

"Angkasa, kapan lulus?" tanya Mona tiba-tiba setelah keduanya diam selama hampir lima belas detik.

"Kok nanya begitu? Masih pengin jadi pacar gue emangnya?" goda Angkasa yang ia akhiri dengan tawa. Mona tak memberikan respons atas pertanyaan itu. "Curang. Gue udah janjiin lo duluan setelah S1, tapi lo punya pacar. Berarti udah nggak berlaku, ya?"

Tetap tidak ada jawaban dari Mona. Angkasa pun diam menantikan. Namun gadis itu tetap tidak bersuara.

"Na," panggilnya lembut.

"Iya, Angkasa," balas Mona jauh lebih lembut. "Sa, gue seneng, deh," akunya. Sekarang Angkasa yang tidak memberikan respons. Laki-laki itu hanya tersenyum tanpa Mona melihatnya. "Gue nggak percaya hari ini bakalan ada, Sa. Hari di mana gue akhirnya lihat lo lagi setelah ratusan hari tanpa—"

"Astaga, lo lebay banget," potong Angkasa cepat. Laki-laki itu menertawakan ucapan Mona barusan. "Lo tau kita sekampus pasti karena Dara ngasih tau ya kalau tadi gue ketemu sama dia?"

Mona berdecak dengan sebal. "Gue serius, Angkasa," balas Mona. "By the way, tadi lo ngapain sama Dara? Pulang kampus bareng? Selama kuliah, gue nggak pernah denger kabar Dara berangkat atau pulang sama cowok. Tapi sekalinya iya, kok sama lo?"

"Gue yang minta bareng. Gue juga nggak pernah pulang pergi sama cewek. Ya udah, gue jadiin aja Dara cewek pertama yang gue antar pulang dari kampus. Lagian rumah gue searah sama Dara." Angkasa menegaskan, yang hanya dibalas 'oh' oleh Mona.

"Jealous emangnya?" tanya Angkasa, kembali menggodanya. Mona tertawa menanggapi pertanyaan itu. "Na, gue matiin dulu, ya. Gue mau mandi. Next time telepon lagi," kata Angkasa. Tak ada jawaban dari seberang, jadi Angkasa memutuskan sepihak untuk menyudahi sambungan teleponnya dengan Mona.

Moon and Her SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang