As You Wish: BAB 14

1.6K 154 29
                                    

Kantin kampus yang begitu ramai membuat Mona benar-benar malas mengantre

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kantin kampus yang begitu ramai membuat Mona benar-benar malas mengantre. Namun konser di dalam perutnya juga mengharuskannya untuk mengantre. Sudah lima belas menit Mona berdiri di antrean warung nasi padang, namun masih saja ada dua orang yang berdiri di depannya, hendak memesan makan siang juga.

Kabar buruk lainnya adalah Angkasa tidak ada di sini untuk menemaninya. Mona berdecak, ia semakin sebal saja dengan keadaan seperti ini. Sejak jadian, Angkasa sangat jarang menemaninya makan siang di kantin kampus. Selalu saja ada alasan. Entah itu masih berada di kelas, mengerjakan tugas, tidak ada kuliah, dan segala macamnya.

Angkasa benar-benar tidak seperti Randi yang selalu ada di sisinya dari jam kuliah pertama hingga terakhir.

Mona menggelengkan kepalanya, berusaha menghapus memori tentang Randi. Ia tidak seharusnya masih memikirkan Randi ketika sudah memiliki Angkasa. Tapi kalau begini, Mona benar-benar jadi merindukan sosok pacar yang selalu ada untuknya.

"Neng, bengong aja. Mau makan, nggak?" suara itu membuyarkan lamunan Mona tentang Randi dan Angkasa. Perhatiannya lantas tertuju pada ibu yang sudah siap menyendokkan nasi dan lauk ke piring.

"Eh, iya, Bu. Ayam bakar satu," balas Mona diakhiri dengan cengiran.

Begitu pesanannya siap, Mona lantas beranjak dari kedai nasi padang tersebut, melangkah menyusuri kantin, mencari kursi kosong yang sekiranya bisa Mona tempati.

Kabar buruk selanjutnya adalah Mona tidak menemukan kursi yang kosong selain di satu meja di ujung kantin. Ada tiga kursi kosong di sana, tapi penghuni salah satu kursinya adalah Randi, yang juga sedang menyantap makan siangnya. Tidak biasanya laki-laki itu makan siang ke kantin.

Lama Mona berdiri masih mencari kursi untuk duduk, tapi tidak menemukan harapan sedikit pun. Dengan sangat berat, kakinya melangkah menuju meja tersebut, menaruh piring serta gelas es tehnya di atas meja, dan menyapa laki-laki yang tengah menyantap makan siangnya, "Meja lain penuh, gue numpang di sini, ya."

Randi menengadahkan kepalanya, melihat gadis yang tidak asing di matanya. Samar-samar ia mengangguk, kemudian melanjutkan santapannya. Tidak ada percakapan apapun yang mengisi meja tersebut. Randi sibuk makan, begitu pula dengan Mona.

"Dara mana, Ran?" tanya Mona di sela-sela waktu makannya. "Tumben nggak sama Dara."

Sesaat, Randi berhenti menenggak es jeruknya. Laki-laki itu kembali menaruh gelasnya di atas meja, kemudian menatap Mona lekat. "Emang biasanya gue sama Dara?" Randi bertanya balik dengan ketus. "Bukannya lo sensitif abis kalau lihat gue berduaan sama Dara?"

Mona membelalak. Tidak pernah Mona menyangka Randi bisa bicara begini padanya.

"Lo urusin hubungan lo sama pacar lo aja ya, Na. Jangan ngurusin gue dan Dara. Kalau gue aja harus mempersilakan lo bahagia sama Angkasa, seharusnya lo juga mempersilakan gue bahagia sama siapapun, termasuk kalau gue mau bahagia sama Dara," ujar Randi sambil beranjak dari kursinya. Laki-laki itu melangkah pergi meninggalkan Mona.

Moon and Her SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang