As You Wish: BAB 12

1.9K 173 51
                                    

Sudah lima menit ponsel Dara berdering

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lima menit ponsel Dara berdering. Nama Intania Putri tertera pada layarnya. Teman SMA-nya yang satu itu meneleponnya tanpa henti. Menyerah, akhirnya Dara menerima telepon tersebut dan menantikan Intan yang menyapa duluan.

Di detik kelima telepon berlangsung, Intan tanpa berbasa-basi bertanya, "Lo kenapa? Mona keluar grup, lo juga keluar grup. Ada masalah?"

Dara terpaku diam. Kedua tangannya yang semula tengah menari-nari di atas keyboard laptop, kini terhenti. Fokusnya langsung buyar ketika mendengar Intan bertanya demikian. Apa yang harus Dara jelaskan kepada Intan? Kepada teman-temannya semua?

"Ra?" panggil Intan. Dara tak menggubris. Namun sekali lagi, suara Intan terdengar dari speaker ponselnya yang diaktifkan. "Dara, lo masih dengerin gue nggak, sih?"

Dara mengangguk, meski gadis itu tahu Intan takkan melihatnya. Ia menghela napasnya, meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Dara beranjak dari meja belajarnya. "Tan," panggilnya dengan suara bergetar. Dara melangkah menuju balkon kamarnya sambil menyelimuti dirinya sendiri dengan jaket yang tergeletak di atas ranjangnya. "Gue ... gue suka sama pacarnya Mona, Tan. Berengsek banget gue ya, jadi sahabat?"

"Hah? Apa-apaan sih lo, Dar, bisa-bisanya suka sama Randi?" omel Intan tanpa berbasa-basi lagi. "Lagian, Dar, kayak nggak ada yang lain aja lo suka sama cowok tipe begitu."

Dara terdiam sesaat. Niat hati Dara ingin mengakui pada Intan kalau ia menyukai Angkasa. Namun ternyata Dara lupa satu hal. Tidak ada satu pun teman-temannya yang tahu kalau Mona sudah putus dari Randi dan jadian dengan Angkasa. Bahkan, tidak satu pun dari mereka yang tahu betapa rumit kini hubungan Dara dan Mona hanya karena dua laki-laki tersebut.

Dara terkekeh pelan. "Sori, lupa kasih tau sesuatu," katanya. Detik selanjutnya, cerita Dara mengalir begitu saja. Tentang Dara yang menemukan Angkasa, dan bagaimana segala cerita ini dimulai, sampai akhirnya kacau seperti hari ini.

Dua jam waktu yang Dara habiskan bersama Intan di telepon. Ketika cerita Dara akhirnya benar-benar selesai, Intan lantas memberikan komentar, "Kenapa dari dulu Mona nggak berubah, ya, Ra?"

Dara terdiam. Kali ini Dara tidak mau salah bicara apapun tentang Mona, meskipun jauh di lubuk hatinya, Dara sedang terbakar amarah.

"Selalu begitu. Dulu waktu masih ada Kak Garda, Mona juga segila itu sama Angkasa. Ketika Angkasa pergi, Mona udah memutuskan buat jalin hubungan sama Randi. Tapi giliran Angkasa kembali, Mona malah kelihatan kayak mainin Randi," lanjut Intan panjang lebar. Dara bisa mendengar gadis itu menghela napas berat. "Bertahun-tahun temenan sama Mona, gue nggak pernah bisa ngerti cara hatinya bekerja, Ra. Sumpah. Gue udah nahan pikiran ini sejak SMA. Gue pikir waktu itu Mona emang lagi di puncak masa-masa labil. Tapi, ini udah berapa tahun berlalu, Ra? Mona masih kayak gini."

Tidak bisa berkata apapun, Dara menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Intan. Dara paling tahu Intan, dan berlaku sebaliknya. Dara jadi orang yang paling tahu bahwa Intan sudah cukup muak dengan Mona yang pernah memainkan perasaan Garda dan Angkasa beberapa tahun silam.

Moon and Her SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang