Prolog

649 28 4
                                    

“Pak, tapi bukan saya yang mengirim pesan tidak senonoh itu. Isi pesannya saja saya tidak tahu,” ucap Jasmine membela diri.

Pak Arjuna menyodorkan ponselnya ke arah Jasmine. “Coba kamu lihat ini. Buktikan dengan mata kepala kamu sendiri!”

Jasmine mengambil ponsel yang disodorkan lalu membaca pesan itu dengan suara pelan. “Pak Arjuna, tolong luluskan saya dalam mata kuliah yang Bapak ajar. Saya akan membayarnya dengan tubuh saya.”

“APA???” teriak Jasmine. Wajahnya terlihat sangat terkejut. Dilihatnya nomor pengirim pesan itu dan memang betul itu nomornya. Namun, bagaimana mungkin? Jasmine bahkan tidak merasa pernah mengetik pesan seperti itu.

“Mulai hari ini kamu tidak perlu masuk ke kelas saya lagi. Kamu saya anggap tidak lulus mata kuliah saya,” ucap Pak Arjuna dengan wajah dingin.

Jasmine tersentak. Bila tidak lulus mata kuliah yang diampu oleh Pak Arjuna artinya dia harus mengulang semester depan. Bagaimana ini? Dia bisa kehilangan beasiswanya kalau tidak lulus tepat delapan semester.

Arrgghhhh!!!! Siapa, sih, orang yang sudah mengirimkan pesan itu ke nomor Pak Arjuna???

“Tolong, Pak. Saya akan melakukan apa saja, tapi tolong ijinkan saya mengikuti mata kuliah Bapak,” iba Jasmine.

Terlihat kilatan di mata Pak Arjuna. Dia teringat dengan penelitian yang sedang dikerjakannya. Rasanya akan sangat menyenangkan bila ada yang membantu mengumpulkan data di lapangan.

“Baik. Saya beri satu kesempatan. Kamu harus membantu penelitian saya selama satu bulan. Jika kamu menyerah di tengah jalan, kamu akan langsung saya keluarkan dari kelas saya. Bagaimana?”

Jasmine berperang dengan batinnya sendiri. Penelitian apa yang dimaksud oleh dosen kejam yang duduk di balik meja saat ini? Dia hanya mahasiswa baru. Apa dia sanggup? Namun, kalau dia menolak maka dia akan kehilangan beasiswa. Baiklah, tidak ada jalan lain.

“Saya bersedia, Pak!” seru Jasmine penuh tekad.

“Bagus, mulai besok kamu sudah harus datang pagi-pagi ke ruangan saya.” Pak Arjuna mengambil sebuah buku besar di lemari yang terletak di belakang kursi yang sedang didudukinya. “Dan ini buku yang harus kamu baca. Besok kamu harus jelaskan kepada saya apa isi buku ini.”

Jasmine melongo melihat buku besar yang ada di hadapannya sekarang. Mimpi apa dia semalam. Buku ini bahkan bisa membuat maling pingsan bila ditimpukkan ke kepalanya.

“Jangan lupa, Jasmine. Besok!” ucap Pak Arjuna dengan kejam.

TIDDDAAKKKK!!!

❤❤❤❤❤❤

Prolog sudah meluncur. Doakan penulisan bab satunya lancar 😊

Jakarta, 12 April 2021

Impian Jasmine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang